Dolar AS dan Rupiah (Foto: dok. Antara)JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 8 Juli diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).Untuk diketahui mengutip Bloomberg, pada hari Senin, 7 Juli, Kurs rupiah spot di tutup turun 0,34 persen ke level Rp16.240 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,20 persen ke level harga Rp16.237 per dolar AS.Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan Presiden AS Donald Trump akan mulai mengirim surat ke negara-negara pada hari Jumat, menjelang batas waktu 9 Juli dan mengumumkan bahwa beberapa tarif yang dikenakan akan berada dalam kisaran 10 persen hingga 70 persen dan akan berlaku pada tanggal 1 Agustus.Selain itu, Ibrahim menyampaikan bahwa Trump juga akan mengenakan tarif tambahan 10 persen kepada negara-negara yang berpihak pada blok BRICS atas praktik yang diduga anti-Amerika."Sebelumnya pada akhir pekan, Trump mengatakan AS hampir mencapai beberapa perjanjian perdagangan, dengan tarif baru yang akan mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus. Pada bulan April, Trump memberlakukan tarif dasar sebesar 10 persen pada sebagian besar negara, dengan bea tambahan mencapai hingga 50 persen," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 8 Juli.Ibrahim menambahkan bahwa perpanjangan tiga minggu ini memberi negara lain lebih banyak waktu untuk mencapai kesepakatan dengan AS, tetapi kurangnya rincian membuat investor merasa khawatir.Menurutnya titik dukungan terbesar dolar adalah penurunan tajam dalam ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada dua pertemuan berikutnya, terutama didorong oleh pembacaan penggajian yang kuat pada hari Kamis, yang menunjukkan pasar tenaga kerja tetap tangguh meskipun ada hambatan ekonomi lainnya."Para pedagang terlihat sebagian besar menghapus taruhan untuk pemotongan suku bunga Juli oleh Fed, dan juga terlihat meningkatkan taruhan bahwa Fed akan bertahan pada bulan September, CME Fedwatch menunjukkan. Minggu ini fokus pasar hanya pada rilis notulen rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) terbaru yang akan dirilis," tuturnya.Sementara dari dalam negeri, Ibrahim menyampaikan Bank Indonesia (BI) mencatat posisi Cadangan Devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 mencapai 152,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS), meningkat dibandingkan posisi pada akhir Mei 2025 sebesar 152,5 miliar dolar AS.Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa serta penerbitan global bond pemerintah, di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.Ke depan, BI memandang posisi cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal sejalan dengan prospek ekspor yang tetap terjaga, neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus, serta persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang menarik.Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 8 Juli 2025 dalam rentang harga Rp16.230 - Rp16.280 per dolar AS.