Pelindo Sebut Arus Peti Kemas Internasional Malah Meningkat di Tengah Ketakutan Tarif Impor Trump

Wait 5 sec.

Ilustrasi (Foto: Dok. ANTARA)JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo mengungkapkan arus peti kemas internasional meningkat hingga bulan Mei 2025.Pningkatan ini terjadi di tengah ketakutan terkait tarif resiprokal 32 persen yang akan diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.Direktur Pengelola Pelindo, Putut Sri Muljanto mengatakan, arus peti kemas internasional di Pelabuhan Tanjung Priok tercatat mengalami peningkatan sekitar 7,8 persen hingga Mei 2025. Sementara secara tahunan, mengalami pertumbuhan 5,9 persen.“Hingga Mei tahun ini, arus peti kemas internasional, seperti misalnya di Pelabuhan Tanjung Priok sendiri meningkat sekitar 7,8 persen, sementara secara nasional juga tumbuh sekitar 5,9 persen secara yoy,” ujarnya kepada VOI, Kamis, 10 Juli.Putut juga bilang pihaknya belum melihat adanya dampak dari rencana penerapan tarif resiprokal AS pada lalu lintas arus kargo internasional. Terutama, di pelabuhan-pelabuhan yang dioperasikan oleh Pelindo.“PT Pelindo sampai saat ini belum melihat adanya dampak penerapan tarif pada jumlah arus kargo internasional di pelabuhan-pelabuhan yang dioperasikannya,” tuturnya.Meski begitu, Putut mengatakan dampak penerapan tarif resiprokal AS pada jumlah arus kargo internasional ke depannya juga sangat bergantung dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.“Pengaruh ke depannya akan sangat bergantung dari pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.AS Tetap Berlakukan Tarif Resiprokal 32 PersenSebelumnya diberitakan, Amerika Serikat (AS) tetap memberlakukan tarif impor resiprokal sebesar 32 persen untuk produk asal Indonesia, yang akan mulai berlaku 1 Agustus 2025.Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan bahwa kebijakan ini disebut sebagai langkah tegas untuk mengoreksi defisit perdagangan yang dinilai tidak berkelanjutan dan merugikan ekonomi serta keamanan nasional Amerika.“Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan tarif sebesar 32 persen untuk semua produk asal Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat, terpisah dari semua tarif sektoral lainnya. Barang-barang yang diteruskan melalui negara ketiga untuk menghindari tarif yang lebih tinggi juga akan dikenakan tarif tersebut,” jelasnya dalam surat yang beredar, Selasa, 8 Juli.Trump juga menegaskan bahwa tarif 32 persen tersebut bisa dinaikkan jika Indonesia menaikkan tarif balasan, namun terbuka untuk diturunkan jika Indonesia membuka pasarnya dan menghapus berbagai hambatan perdagangan.“Harap dipahami bahwa tarif ini adalah tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki ketimpangan selama bertahun-tahun akibat kebijakan tarif dan non-tarif serta hambatan perdagangan dari Indonesia, yang menyebabkan defisit perdagangan tidak berkelanjutan terhadap Amerika Serikat,” jelasnya.Menurutnya, angka tarif resiprokal 32 persen ini sebenarnya jauh lebih rendah daripada yang dibutuhkan untuk mengeliminasi defisit perdagangan yang dimiliki dengan Indonesia.