Eksklusif Joshua Suherman (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI)JAKARTA - Aktor sekaligus mantan penyanyi cilik Joshua Suherman membagikan pengalamannya memerankan karakter Jojo dalam film horor Arwah. Dalam film ini, ia harus mendalami peran yang cukup kompleks yaitu seorang anak sulung yang mengalami tekanan hidup hingga terjerumus dalam kecanduan judi online. “Oh iya masalah kecanduan si karakter Jojo itu karena tentunya aku tidak, aku perlu banyak nonton, akhirnya aku sampai nonton video-video orang yang membahas soal judol (judi online) lah, soal apalah gitu. Jadi ya paling dari situ. Kenapa sih orang mau mengambil keputusan yang sebenarnya sudah jelas-jelas ini dibodohi gitu,” cerita Joshua Suherman kepada VOI, belum lama ini.Eksklusif Joshua Suherman (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI) Joshua menyebut bahwa karakter Jojo merepresentasikan beban psikologis yang kerap dirasakan oleh anak pertama, terutama saat mereka merasa gagal memenuhi ekspektasi keluarga. “(Yang relate) Ya itu ya anak pertama punya seolah-olah jadi ngerasa harus bertanggung jawab penuh terhadap keluarga dan ketika itu tidak berhasil dia akan merasa dirinya gagal, kalau tidak diapresiasi dia akan merasa dunia ini adalah musuhku gitu,” ungkapnya. Namun di balik segala tekanan dan kesalahan yang dilakukan karakter Jojo, Joshua menekankan sisi kemanusiaan yang kuat seperti hasrat untuk tetap kembali dan diterima oleh keluarga. “(Sisi yang ingin ditunjukkan dalam film ini) Se-fragile-fragile-nya orang biasanya dia akan tetap butuh keluarga dan dia akan tetap pengen hadir buat keluarganya karena satu-satunya tempat yang bisa terima kita semua pulang ya rumah ya harusnya,” tutur bapak satu anak ini. Lewat proses syuting film ini, Joshua juga mengaku mendapat pelajaran hidup yang bermakna, terutama soal relasi antar anggota keluarga.Eksklusif Joshua Suherman (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI) “Dari film ini banyak sih (dapat pelajaran), banyak banget kayak ketika kita ribut sama adik kita yang dicari tuh solusinya tau siapa yang bener siapa yang salahnya gitu,” ujarnya. “Selama ini aku berpikir nggak lo harus tau kalo gue bener lo tuh salah gitu. Tapi poinnya kan bukan itu ya poinnya setelah tau siapa yang bener juga gak dapet hadiah, setelah tau siapa yang salah juga tidak dihukum,” sambungnya. Pada akhirnya, Joshua menyimpulkan bahwa yang terpenting dalam konflik keluarga bukanlah mencari siapa yang menang atau kalah, tapi bagaimana bisa bersama-sama mencari solusi. “Jadi yang lebih penting sebetulnya adalah cari jalan keluarnya bareng-bareng gitu sih,” tandasnya.Terjebak Imaji Masa KecilCaption Joshua Suherman, yang dikenal publik sejak kecil sebagai penyanyi cilik, akhirnya buka suara soal perjalanan emosionalnya menghadapi bayang-bayang masa lalu. Joshua secara terbuka mengaku bahwa dirinya sempat merasa terjebak dalam identitas Joshua Suherman kecil, namun kini ia sudah berdamai dengan hal itu. “Pernah ada ngerasa seperti itu (terjebak di sosok Joshua Suherman cilik), tapi ternyata sebenernya nggak ada yang menjebak sebenarnya itu bukan jebakan juga jadi ya berdamai dengan itu aja gitu,” cerita Joshua Suherman. Joshua mengakui bahwa masih banyak orang yang mengenalnya hanya sebagai bintang cilik. Hal ini sempat membuatnya merasa jengkel, terutama karena ia telah memiliki banyak karya diluar citra masa kecilnya.Eksklusif Joshua Suherman (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI) “Ada aja sih, ada aja (yang mengenal hanya sebagai Joshua Suherman cilik), maksudnya paling ya sekedar ngomong aja,” ucapnya. “Cuman awalnya ada fase-fase mungkin dulu kayak sebel karena capek dengernya karena merasa eh gue punya karya yang lain loh nggak itu doang gitu. Cuman lama-kelamaan yaudah lah ya gitu. Itu hak setiap pikiran manusia aku nggak bisa atur gitu,” pungkas Joshua. Joshua mengungkapkan bahwa dahulu dirinya sempat merasa malu karena dikenal hanya dari satu karya. Namun seiring waktu, ia mulai menyadari bahwa yang paling penting adalah tindakan dan karya yang ia hasilkan sekarang, bukan pandangan orang terhadap masa lalunya. “Karena dulu mungkin malu kali ya kalau misalnya apa namanya orang itu melihatnya cuman dari satu karya itu mulu cuman makin kesini makin mikir kayak ya gak apa-apa juga lah yang penting kan bukan apa yang orang pikirin gitu yang penting kan apa yang aku lakuin aja sekarang gitu,” jelasnya.Eksklusif Joshua Suherman (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI) Masa transisi dari anak-anak ke remaja juga bukan hal mudah baginya. Perubahan suara dan pencarian peran yang sesuai usia menjadi tantangan tersendiri. “Apa ya? Paling di usia-usia nanggung dulu itu agak susah karena mau nyanyi suara lagi ngaco remaja-remaja awal tuh mau main film karakter anak-anak bukan remaja yang pemuda gitu juga belum ya itu aja sih paling. Tapi selebihnya sih nggak ada ya cuman melakukan apa yang aku suka aja sih,” tutur Joshua. Meski begitu, Joshua menegaskan bahwa ia tak merasa perlu melakukan rebranding ekstrem hanya untuk menghapus citra masa kecilnya. Baginya, menjadi dewasa adalah proses yang alami, dan yang terpenting adalah tetap berkarya. “Sebenernya sih nggak perlu (rebranding diri lagi), karena siapa yang merasa bapak-bapak ini, misalnya ini adalah anak-anak kan seharusnya tidak ada. Jadi aku juga tidak melakukan sesuatu yang ekstrim supaya orang lupa gitu dengan apapun yang berhubungan sama kecilnya aku gitu nggak sih,” ujarnya.