Menteri Karding bertemu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa (DOK KemenP2MI-VOI) JAKARTA - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, mengapresiasi komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam memperkuat pelindungan terhadap pekerja migran Indonesia (PMI).Hal itu disampaikan Karding usai bertemu Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, pada Selasa malam lalu. "Jawa Timur adalah salah satu provinsi pengirim pekerja migran terbesar. Karena itu, kami berdiskusi dengan Ibu Gubernur untuk memperkuat pelindungan, baik sebelum berangkat, saat bekerja di luar negeri, maupun ketika mereka kembali ke Tanah Air," ujar Karding dalam rilis resmi KemenP2MI yang diterima di Jakarta, Jumat, 11 Juli. Ia menekankan pentingnya pemberdayaan purna-PMI serta sosialisasi migrasi aman di desa-desa yang menjadi basis rekrutmen non-prosedural.Selain itu, Karding juga mendorong peningkatan keterampilan calon pekerja migran melalui sistem vokasi terpadu."Saat ini, 80 persen PMI bekerja di sektor domestik dan 67,7 persen di antaranya adalah perempuan. Ke depan, kita harus siapkan mereka dengan pelatihan bahasa, keterampilan kerja, dan soft skill agar bisa bekerja di sektor yang lebih profesional," katanya.Menurut Karding, Jawa Timur dinilai sebagai provinsi terdepan dalam pelindungan pekerja migran karena telah memiliki peraturan daerah yang mengatur khusus tentang hal tersebut.“Jawa Timur juga mengalokasikan anggaran daerah untuk program pelatihan dan pemberdayaan. Ini satu-satunya provinsi yang sejauh ini sudah membangun sistem pelindungan lengkap. Jawa Timur bisa menjadi role model nasional,” ujarnya.Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Khofifah menyampaikan usulan agar pemerintah pusat membangun shelter permanen bagi PMI asal Jawa Timur di luar negeri."Ya, tadi saya menyampaikan ke Pak Menteri. Mudah-mudahan bisa dibangun komunikasi dengan kementerian lain. Kami sangat berharap Jawa Timur punya shelter, terutama di Hongkong dan Taiwan," kata Khofifah.Menurut dia, jumlah PMI asal Jawa Timur yang bekerja di dua negara tersebut cukup signifikan. Keberadaan shelter, lanjut Khofifah, akan sangat membantu jika dibarengi dengan layanan psikologis dan konseling secara rutin."Kalau kita punya shelter permanen, kita bisa kirim psikolog atau psikiater secara reguler. Misalnya satu bulan dikirim, lalu diganti bulan berikutnya. Konsultasi dan layanan yang dibutuhkan kawan-kawan pekerja migran akan lebih terfasilitasi," ujarnya.Khofifah juga menyebut, untuk kawasan Malaysia, Jawa Timur telah memiliki community learning center yang tidak hanya bermanfaat bagi pekerja migran, tetapi juga mahasiswa asal Indonesia yang tinggal di Kuala Lumpur dan sekitarnya.