NATO Butuh Lebih Banyak Rudal Jarak Jauh untuk Menghalau Serangan Rusia

Wait 5 sec.

Pangkalan pertahanan rudal NATO di Redzikowo, Polandia. (Sumber: NATO)JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) membutuhkan lebih banyak rudal jarak jauh di gudang senjatanya untuk menghalau Rusia menyerang Eropa, karena Moskow diperkirakan akan meningkatkan produksi senjata jarak jauh, kata jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat kepada Reuters.Penggunaan rudal jarak jauh Rusia yang efektif dalam perangnya di Ukraina telah meyakinkan para pejabat militer Barat akan pentingnya rudal tersebut untuk menghancurkan pos komando, pusat transportasi dan peluncur rudal yang berada jauh di belakang garis musuh."Tentara Rusia saat ini lebih besar daripada ketika mereka memulai perang di Ukraina," kata Mayor Jenderal John Rafferty dalam wawancara di pangkalan militer AS di Wiesbaden, Jerman, melansir Reuters 11 Juli."Dan kami tahu mereka akan terus berinvestasi dalam roket dan rudal jarak jauh serta pertahanan udara yang canggih. Jadi, peningkatan kemampuan aliansi sangatlah penting," tandasnya.Perang di Ukraina telah menggarisbawahi ketergantungan Eropa yang besar pada Amerika Serikat untuk menyediakan rudal jarak jauh, dengan Kyiv berupaya memperkuat pertahanan udaranya.Sistem pertahanan rudal Patriot. (Wikimedia Commons/Lance Cpl. Alyssa Chuluda)Mayjen Rafferty baru-baru ini menyelesaikan tugasnya sebagai Komandan Komando Artileri ke-56 Angkatan Darat AS di Kota Mainz-Kastel, Jerman, yang sedang mempersiapkan penempatan sementara rudal jarak jauh AS di wilayah Eropa mulai tahun 2026.Terpisah, dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada Hari Senin, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius diperkirakan akan mencoba mengklarifikasi apakah penempatan semacam itu, yang disepakati antara Berlin dan Washington ketika Joe Biden menjabat sebagai presiden, akan tetap dilaksanakan setelah Donald Trump kembali menjabat.Perjanjian tersebut mencakup penempatan sistem, termasuk rudal Tomahawk dengan jangkauan 1.800 km dan senjata hipersonik Dark Eagle yang sedang dikembangkan dengan jangkauan sekitar 3.000 km.Rusia mengkritik rencana penempatan rudal jarak jauh AS di Jerman sebagai ancaman serius bagi keamanan nasionalnya. Moskow menepis kekhawatiran NATO bahwa mereka dapat menyerang anggota aliansi, sebaliknya menyebutkan kekhawatiran tentang ekspansi NATO sebagai salah satu alasan mereka menginvasi Ukraina pada tahun 2022.Pangkalan pertahanan rudal NATO di Redzikowo, Polandia. (Sumber: NATO)Sementara itu, peneliti doktoral di Universitas Oslo yang berspesialisasi dalam rudal Fabian Hoffmann memperkirakan, AS menyediakan sekitar 90 persen kemampuan rudal jarak jauh NATO."Kemampuan serangan jarak jauh sangat penting dalam peperangan modern," katanya."Anda sungguh tidak ingin terjebak dalam posisi seperti Ukraina (tanpa senjata semacam itu) di tahun pertama (perang). Itu menempatkan Anda pada posisi yang sangat tidak menguntungkan," tandasnya.Menyadari kerentanan ini, negara-negara Eropa di NATO telah sepakat untuk meningkatkan anggaran pertahanan di bawah 'tekanan' Presiden Trump.Beberapa negara Eropa memiliki rudal jarak jauh mereka sendiri tetapi jumlah dan jangkauannya terbatas. Rudal AS dapat menyerang target pada jarak beberapa ribu km.Sementara rudal jelajah Eropa yang diluncurkan dari udara, seperti Storm Shadow milik Inggris, Scalp milik Prancis, dan Taurus milik Jerman, memiliki jangkauan beberapa ratus km. Rudal peluncuran laut Missile de Croisiere Naval (MdCN) Prancis dapat menempuh jarak lebih dari 1.000 km.Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Inggris dan Swedia kini berpartisipasi dalam program untuk memperoleh rudal konvensional jarak jauh yang diluncurkan dari darat yang dikenal sebagai European Long-Range Strike Approach (ELSA).Sebagai bagian dari program tersebut, Inggris dan Jerman mengumumkan pada pertengahan Mei rencana memulai pengembangan rudal dengan jangkauan lebih dari 2.000 km.