Selamat Jalan Marsma TNI Fajar 'Red Wolf' Adriyanto

Wait 5 sec.

Marsekal Pertama TNI Fajar "Red Wolf" Adriyanto. Foto: Abdu Faisal/ANTARAMarsma TNI Fajar Adriyanto gugur saat menerbangkan pesawat latih sipil Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126 milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), jatuh di di kawasan Ciampea, Kabupaten Bogor, Minggu (3/8). Dia sempat dilarikan ke RSAU dr. M. Hassan Toto usai kecelakaan, namun nyawanya tidak tertolong.Kenangan tentang sosok Fajar dari kolega dan para pejabat di TNI begitu beragam. Namun, satu yang sama: Fajar dinilai sebagai sosok yang baik dan menjadi figur.Profil Fajar AdriyantoFajar bukan orang baru dalam dunia dirgantara. Ia lulusan Akademi Angkatan Udara 1992. Saat ini Fajar merupakan perwira tinggi dengan pangkat Marsekal Pertama.Pengalamannya menerbangkan pesawat tidak kaleng-kaleng. Ia adalah pilot jet tempur F-16 Fighting Falcon.Pria kelahiran Bandung, 20 Juni 1970, itu pernah terlibat duel udara dengan pesawat tempur F/A-18 Hornet milik TNI AL Amerika Serikat di langit bawean pada 2003.Selama berkarier di TNI AU, pemilik call sign "Red Wolf" itu pernah menduduki sejumlah jabatan penting. Berikut di antaranya:Komandan Skadron Udara 3 (2007)Danlanud Manuhua (2017)Kadispenau (2019)Kapuspotdirga (2020)Aspotdirga Kaskoopsudnas (2023)Kapoksahli Kodiklatau (2024)Aksi di Langit BaweanKepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau), Marsma I Nyoman Suadnyana, menyebut Fajar merupakan penerbang jet tempur F-16, salah satu jet tempur produksi Amerika Serikat (AS).Fajar merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah TNI AU, termasuk keterlibatannya dalam peristiwa duel udara dengan pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat di langit Bawean tahun 2003.Bawean 2003 adalah sebuah insiden di mana dua unit F-16 Fighting Falcon milik TNI Angkatan Udara yang dilengkapi dengan rudal AIM-9 diutus untuk mengidentifikasi pesawat asing yang ternyata merupakan pesawat jenis US Navy F/A-18 Hornet dari kapal induk USS Carl Vinson milik Angkatan Laut Amerika Serikat.Dalam insiden ini, F-16 dan F/A-18 melakukan pertarungan udara, penguncian radar, dan peperangan elektronik di dekat Pulau Bawean di Laut Jawa pada sore hari tanggal 3 Juli 2003. Salah satu pilot pesawat tersebut, Marsma TNI Fajar.Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon. Foto: TNI AUInsiden Bawean itu bermula saat radar Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia dan Pusat Operasi Pertahanan Nasional menangkap ada lima titik mencurigakan yang terbang dalam formasi rapat dan tidak teridentifikasi.Akan tetapi, ketika satu flight pesawat tempur TNI AU dikirimkan untuk melakukan identifikasi, tidak ditemukan objeknya.Sekitar dua jam kemudian, pesawat terbang tanpa identitas terlihat bermanuver. Kemudian, laporan dari para penerbang pesawat Bouraq Indonesia Airlines, manuver tersebut sudah membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan sipil berjadwal.Disebutkan juga bahwa pesawat-pesawat tersebut tidak melakukan komunikasi dengan menara pengatur lalu lintas penerbangan nasional.Kemudian, Marsekal Muda TNI Teddy Sumarno, yang saat itu menjabat Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia, mengirimkan dua pesawat F-16 B untuk mencegat, mengidentifikasi, dan mengusir mereka dari wilayah udara nasional.Penerbangan ini memiliki call sign Falcon Flight. Pemimpin penerbangan bersandikan Falcon 1, bernomor ekor TS-1603, diawaki oleh Kapten PNB Ian Fuady dan Kapten PNB Fajar Adriyanto.Sementara itu, Falcon 2 dengan nomor ekor TS-1602 diawaki oleh Kapten PNB Mohamad Tonny Harjono dan Kapten PNB M. Satrio Utomo.Dalam misi itu, mereka bertugas untuk melakukan identifikasi visual dan menghindari konfrontasi, dengan cara tidak mengunci (lock on) sasaran dengan radar atau rudal. Hal itu bertujuan agar misi identifikasi tersebut tidak dianggap mengancam.Petugas Basarnas bersama prajurit TNI AU mengevakuasi bangkai pesawat latih sipil Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126 yang jatuh di perkebunan warga, TPU Astana, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/8/2025). Foto: Fadli/ANTARA FOTOKetika dua pesawat tempur itu tiba di lokasi, mereka langsung disambut dua pesawat F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Mereka kemudian terlibat dalam perang radar.Dalam peristiwa itu, salah satu penerbang tempur TNI AU sudah dalam posisi terkunci secara radar oleh penerbang tempur Angkatan Laut Amerika Serikat. Sementara itu, pesawat lainnya saling berkejaran dalam posisi dog fight cukup ketat.Pesawat tempur TNI AU kemudian berinisiatif melakukan gerakan menggoyang sayap (rocking wing) untuk memberikan informasi bahwa mereka tidak dalam posisi mengancam pesawat.Namun, ketika komunikasi berhasil dibuka, kedua pesawat tempur AL Amerika Serikat dan jajaran kapal induk AL Amerika Serikat, USS Carl Vinson, merasa bahwa mereka berada di wilayah perairan internasional dan meminta agar kedua pesawat TNI AU untuk menjauh.Akan tetapi, pesawat tempur TNI AU pun menyampaikan bahwa pesawat AL Amerika Serikat tersebut berada dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia, sesuai dengan Deklarasi Djuanda.Saat itu, Falcon Flight pun meminta pesawat AL Amerika Serikat tersebut untuk segera mengontak ke ATC setempat, Bali Control, yang hingga saat itu tidak mengetahui keberadaan mereka. Mengetahui hal tersebut, pesawat tempur AL Amerika Serikat itu kemudian terbang menjauh.Panglima TNI soal Fajar: Orangnya Senyum TerusPanglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, usai melayat di rumah duka Marsma TNI Fajar Adriyanto, di Kompleks TNI AU Jalan Triloka XI, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/8/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparanPanglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, melayat ke rumah duka Fajar Adriyanto. Agus tiba di rumah duka di Kompleks TNI AU, Jalan Triloka XI, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/8) sekitar pukul 18.28 WIB dengan mengenakan batik berwarna coklat. Saat tiba, ia terlihat disambut oleh Wakil Kepala Staf TNI AU, Marsekal Madya TNI Tedi Rizalihadi.Agus kemudian terlihat keluar dari rumah duka sekitar pukul 18.34 WIB. Usai melayat, Agus menyampaikan bahwa Fajar adalah orang yang mudah senyum."Beliau itu senyum terus, selalu senyum," kata Agus kepada wartawan, Minggu (3/8).Agus juga mengungkapkan bahwa dirinya pernah menjalani pendidikan bersama Fajar di Sesko TNI sekitar tahun 2014-2015."Kita sekolah bareng waktu Sesko TNI, 2014 2015. Mudah-mudahan amal baik beliau diterima oleh Allah SWT dan diterima di sisi-Nya," ucap dia.KSAD Maruli Kenang Marsma FajarKepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak usai melayat di rumah duka Marsma TNI Fajar Adriyanto di Komplek TNI AU, Jalan Triloka XI, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/8/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparanKepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, juga turut melayat ke rumah duka. Dalam kesempatan itu, Maruli mengenang sosok Fajar. Menurutnya, Fajar adalah sosok yang jadi figur di keluarga besar dirgantara."Yang saya dengar juga beliau sedang membuat perkumpulan pecinta penerbangan olahraga dirgantara. Jadi, ya beliau sangat antusias untuk membentuk, dan di keluarga besar dirgantara beliau adalah sosok yang sangat jadi figur," kata Maruli di lokasi.Maruli mengaku merasa kehilangan teman baiknya yang merupakan salah satu perwira terbaik dari AU. Ia pun berharap insiden kecelakaan yang dialami Fajar dapat menjadi pembelajaran bagi prajurit TNI lainnya dalam bertugas."Kami kehilangan teman baik kami, seorang yang salah satu yang terbaik dari angkatan udara. Ya ini memang kecelakaan, ya, musibah," ucap dia."Ya mudah-mudahan ini bisa pembelajaran buat kami, juga teman-teman yang lain supaya lebih hati-hati dalam ya kegiatan-kegiatan," imbuhnya.Maruli juga menyebut kerap berkumpul dan berdiskusi bersama Fajar. Salah satunya terkait kedirgantaraan."Ya kami teman baik, kita sering berkumpul bersama, diskusi, sering bercerita juga tentang kedirgantaraan," tutur dia."Ya banyak waktu lah, kebetulan kami sudah sama-sama di Jakarta jadi sering kita ketemu," sambungnya.Jenazah Dimakamkan di ProbolinggoJenazah Marsma TNI Fajar Adriyanto tiba di rumah duka di Jalan Triloka XI Komplek TNI AU, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/8/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparanJenazah Fajar Adriyanto bakal dimakamkan di Probolinggo, Jawa Timur, pada Senin (4/8). Ia akan dibawa menggunakan pesawat Hercules.Hal itu disampaikan oleh eks Wakapolri Komjen Pol (Purn) Nanan Soekarna, usai melayat ke rumah duka."Besok pagi rencana dibawa ke Malang pakai Hercules, dan [selanjutnya] dikebumikan di Probolinggo," ujar Nanan kepada wartawan.