Mu'ti Ingatkan Bahaya Game Anak-anak: Mulai Disusupi Judi Online

Wait 5 sec.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti usai menghadiri festival pendidikan di Kota Denpasar, Bali, Kamis (8/5/2025). Foto: Denita BR Matondang/kumparanMendikdasmen Abdul Mu'ti menyebut ada game anak-anak yang berbahaya salah satunya Roblox. Selain memicu kekerasan salah satunya, ia mengingatkan adanya potensi penyusupan konten judi online di sejumlah gim.Gim ini sedang digandrungi banyak anak-anak dari berbagai kalangan usia. “Apalagi mohon maaf sebagian dari game itu ada yang mulai disusupi oleh judi online dan sebagainya,” kata Mu'ti dalam keterangannya dikutip Selasa (5/8_. Ia menilai, penggunaan gawai yang berlebihan juga dapat merusak kebiasaan fisik anak.“Sehingga karena itu maka penggunaan gawai oleh anak-anak ini semaksimal mungkin dibatasi, kontrol orang tua sangat penting agar mereka tidak menggunakan media ini secara berlebihan. Yang itu juga merusak kebiasaan fisik mereka karena kurang beraktivitas,” ujar Mu’ti.Selain itu, menurutnya, game seperti Roblox juga membuat anak-anak menjadi malas gerak (mager). Ini bisa mengganggu sistem motorik.“Kalau kebanyakan main game itu jadi mager juga, kalau kebanyakan mager itu motoriknya kurang bergerak, peredaran darahnya kurang lancar dan mereka kemudian jadi anak yang emosional juga,” ungkapnya.Mu’ti menyebut, kebiasaan anak-anak dalam bermain gawai harus dipandu oleh orang tua. Supaya, informasi yang didapatkan lebih bermanfaat.“Inilah yang saya kira perlu diantisipasi sejak dini, bagaimana kebiasaan-kebiasaan anak itu kita dampingi. Sehingga mereka kalau memanfaatkan gawai, harus kita pandu supaya yang diakses adalah yang bermanfaat dan mereka dapat menggunakannya untuk kepentingan-kepentingan yang bersifat edukatif dan bermanfaat,” tambahnya.Ilustrasi anak main Roblox. Foto: Alex Photo Stock/ShutterstockBelum Pahami Mana yang Nyata dan TidakMu'ti mengatakan, dengan main game Roblox, belum banyak anak belum mampu membedakan mana yang nyata dan mana yang merupakan rekayasa.“Itu kan banyak kekerasan ya di game itu. Kadang-kadang anak-anak ini kan tidak memahami bahwa yang mereka lihat itu kan sebenarnya sesuatu yang tidak nyata,” kata Mu’ti. “Karena mereka ini tingkat intelektualitasnya belum mampu membedakan mana yang nyata dengan mana yang dia sebenarnya adalah rekayasa itu. Maka kadang-kadang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka yang masih belum cukup itu, kadang-kadang mereka meniru apa yang mereka lihat,” ujarnya.