Orang tua dari warga Aceh yang diantarkan awak Pertamina usai hilang kontak dengan keluarganya. Foto: Dok. PertaminaSekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Ungkapan ini tepat menggambarkan aksi tim Pertamina di wilayah bencana. Mereka mengantarkan dua warga Aceh yang sempat hilang kontak dengan keluarganya setelah banjir bandang menerjang Bumi Rencong pada 28 November lalu, sekaligus mengecek ketersediaan BBM dan elpiji di wilayah terdampak pascabencana.Kisah perjalanan ini dibagikan melalui video yang diunggah akun Instagram resmi Pertamina, Sabtu (6/12). Dalam video tersebut terlihat tim menerjang banjir di jalur Selawi, Aceh Tamiang, pada Selasa (2/12). Mereka melakukan percobaan kedua setelah sehari sebelumnya gagal menembus banjir di Seumadam, Aceh Tamiang, karena debit air terlalu tinggi.“Bukan hanya sekadar perjalanan, namun ini amanah dari nurani. Mina menemani hingga Kota Langsa, berinteraksi dengan Kuala Simpang dan Aceh Tamiang. Melakukan banyak koordinasi agar energi dan distribusi tetap berjalan di kota yang terdampak ini. Mina paham situasi saat ini, kami terus berusaha mengulurkan tangan dengan sepenuh hati. Lekas pulih Sumatra, agar kembali menjadi penuh energi,” demikian keterangan video dari unggahan tersebut.Video itu mengisahkan perjalanan tim mengantarkan dua orang: Hamzirwan, jurnalis warga Langsa, dan Irfan Nasution, warga Kuala Simpang. Keduanya putus komunikasi dengan keluarga sejak banjir melanda Aceh, Sumut, dan Sumbar.“Makasih banyak, Pak, ya,” ujar Irfan saat tiba di rumah orang tuanya di kawasan Kuala Simpang. Rumah yang didiami orang tuanya itu masih diselimuti lumpur pascabanjir dengan ketinggian air mencapai lima meter di wilayah tersebut. Orang tua Irfan tampak menyambut haru. Mereka bertahan di loteng sambil menunggu banjir surut.Tim sempat masuk ke rumah orang tua Irfan dan menyerahkan bantuan logistik. “Ya makan kadang-kadang mi instan sama nasi lah. Kadang pakai telur sudah hebat sekali,” ujar orang tua Irfan. “Alhamdulillah, terima kasih sekali teman-teman Pertamina yang sudah memfasilitasi saya untuk ketemu orang tua saya,” ucap Irfan.Perjalanan kemudian berlanjut menuju Langsa untuk mengantarkan Hamzirwan menemui ibundanya yang menjadi korban banjir. Sepanjang jalan, kondisi Aceh Tamiang tampak porak-poranda: mobil-mobil terseret, rumah-rumah rusak, dan beberapa fasilitas umum lumpuh. Tim bahkan sempat singgah di sebuah rumah sakit yang berhenti beroperasi akibat banjir.Orang tua dari warga Aceh yang diantarkan awak Pertamina usai hilang kontak dengan keluarganya. Foto: Dok. Pertamina“Masyarakat menemukan jenazah. Tadi kita ke rumah sakit, tapi rumah sakitnya tidak bisa beroperasi. Saya orang Tamiang, pulang kemari sebagai jurnalis sambil meliput dan menyaksikan langsung kondisi seperti ini,” ujar Hamzirwan.Perjalanan menuju Langsa tidak mudah. Jalan yang rusak, lumpur tebal, dan pohon tumbang membuat laju kendaraan tersendat. Tim juga bertemu relawan yang sedang berjuang menembus jalur darat demi mengirim bantuan logistik ke Aceh Tamiang.“Ini kita rencana mau bantu kirim logistik ke Aceh. Sembako seperti beras, indomie, dan makanan lainnya. Karena kami dengar kabar di sana mereka sudah makan apa adanya,” kata seorang relawan.Sekitar pukul 03.02 WIB, tim tiba di rumah orang tua Hamzirwan. Ia langsung memeluk sang ibu, Ramlah, dengan erat. Setelah lebih dari 15 jam perjalanan, Hamzirwan akhirnya bisa melepas rindu. Ramlah berkali-kali memeluk putranya.“Ya memang ujian. Semua seperti ini. Allah yang memberikan rasa syukur karena masih bisa bertahan. Sudah beberapa hari ini kan apa-apa enggak ada. Ya makan apa yang ada,” ujarnya sambil tersenyum.Di akhir video, Tim Pertamina Peduli menegaskan bahwa aksi ini dilakukan untuk memetakan kebutuhan bantuan langsung dari lapangan yang akan ditindaklanjuti oleh Relawan Pertamina Peduli. Selain itu, mereka membantu para jurnalis di sepanjang jalur Aceh–Tamiang–Langsa untuk berkoordinasi serta memenuhi kebutuhan operasional liputan. Aksi ini juga mendukung kelancaran penyaluran BBM dan LPG di wilayah terdampak.