Wamenkes: Setiap Tahun 350 Ribu Orang di Indonesia Meninggal karena Stroke

Wait 5 sec.

Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante Saksono Harbuwono (Foto: Dok. Kemenkes)JAKARTA - Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan serius di Indonesia yang memberikan dampak luas bagi masyarakat. Tidak hanya menyebabkan kematian, stroke juga berpotensi menimbulkan kecacatan jangka panjang bagi pasien yang selamat. Penanganan cepat menjadi faktor kunci dalam menyelamatkan nyawa dan meminimalkan risiko kecacatan.Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan setiap tahun lebih dari 350 ribu orang meninggal akibat stroke di Indonesia. Angka ini menunjukkan besarnya tantangan kesehatan yang dihadapi negara, sekaligus menekankan pentingnya respons cepat dalam menangani kasus stroke.Menyadari pentingnya hal ini, Prof. Dante meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menjadi pionir dalam percepatan penanganan stroke melalui inovasi layanan kesehatan.Pernyataan tersebut disampaikan Prof. Dante saat peluncuran program Jakarta Siaga Stroke 2026, sebuah inisiatif yang dirancang untuk mempercepat penanganan darurat stroke. Program ini diperkenalkan bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Jakarta, sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan respons medis terhadap penyakit stroke."Stroke itu menyebabkan lebih dari 350 ribu kematian setiap tahun," ujarnya, dikutip dari laman resmi Kemenkes pada Sabtu, 6 Desember 2025.Prof. Dante menambahkan pasien yang berhasil selamat dari stroke tetap berisiko mengalami kecacatan permanen. Hal ini menunjukkan penyelamatan nyawa saja tidak cukup, kualitas pemulihan pasien juga harus menjadi perhatian utama.Menurutnya, keberhasilan penyelamatan pasien sangat bergantung pada periode emas atau golden period yaitu 4,5 jam sejak gejala pertama muncul.“Golden period hanya 4,5 jam dari mulai gejala sampai ditangani dengan masuknya obat,” tegasnya.Dalam konteks ini, posisi Jakarta sebagai kota pintar (smart city) memberikan keuntungan strategis. Infrastruktur digital dan sistem pelayanan publik yang terintegrasi memungkinkan kota ini untuk memimpin upaya respons cepat terhadap stroke, mulai dari deteksi dini, transportasi pasien, hingga penanganan medis di rumah sakit. Inovasi berbasis teknologi diharapkan dapat memperpendek waktu respons sehingga pasien mendapatkan perawatan tepat waktu.Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung menekankan relevansi program ini dengan kondisi kesehatan masyarakat saat ini.“Stroke adalah penyebab kematian tertinggi di Indonesia,” ujar Pramono.Untuk mendukung implementasi Jakarta Siaga Stroke 2026, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerahkan 584 anggota pasukan putih, yang sebelumnya berfokus pada pendampingan disabilitas dan lansia. Pasukan ini kini juga akan terlibat dalam penanganan stroke, memastikan pasien menerima bantuan segera dalam golden period yang kritis.“Ibu Kepala Dinas saya perintahkan agar pasukan putih membantu penanganan stroke. Karena golden period 4,5 jam itulah yang dibutuhkan." kata Pramono.Dengan adanya program ini, diharapkan Jakarta dapat menjadi model dalam percepatan respons medis terhadap stroke. Inisiatif seperti Jakarta Siaga Stroke 2026 tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga meminimalkan risiko kecacatan jangka panjang, sehingga kualitas hidup pasien pasca-stroke dapat meningkat.Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan teknologi menjadi kunci utama dalam mewujudkan layanan kesehatan yang cepat, tepat, dan efektif.