Air Kotor dan Piring Beracun

Wait 5 sec.

foto: dokumentasi pribadiBeberapa bulan terakhir, sering kali terdengar berita soal pencemaran air sungai yang memberikan dampak kurang mengenakkan. Penyebabnya berotasi antara sampah rumah tangga, limbah industri dan pertambangan, limbah pertanian, sampai sampah plastik yang tiada habisnya.Pada tanggal 19 Mei 2025 lalu, tepatnya pada Sungai Citeureup di Bogor Jawa Barat berubah warna menjadi oranye. Perubahan warna tersebut membuat heboh dan sekaligus khawatir warga yang tinggal di sekitaran Sungai Citeureup. Para warga sekitar menduga bahwa ada pembuangan limbah berbahaya perusahaan yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan yang sesuai aturan. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor lantas melakukan pengecekan. Hasil awal menunjukkan bahwa air tersebut tercemar limbah dari dua perusahaan yang beroperasi tak jauh dari lokasi. Garis pengawasan kemudian dipasang, sementara penyelidikan lebih lanjut terus berjalan.Bagi sebagian orang, berita pencemaran air dianggap sebagai pencemaran lingkungan biasa. Namun, anggapan tersebut justru berbeda dengan warga yang tinggal di sekitar sungai. Air menjadi salah satu sumber daya alam yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat, mulai dari pemenuhan rumah tangga, pengairan kebun, bahkan hingga memasak. Perubahan warna ini tentu mengkhawatirkan, karena air yang seharusnya aman kini justru membawa risiko kesehatan.Melihat kondisi air di Sungai Citeureup, mari mengingat ciri-ciri air bersih dan aman untuk dikonsumsi. Air dianggap bersih bila secara fisik tidak berwarna, berasa, dan berbau, memiliki tingkat keasaman netral, sekitar 6,5–8. Perubahan warna di Sungai Citeureup ini sudah melanggar salah satu ciri tersebut, yakni tidak berwarna. Jika tidak segera ditindak lanjuti, akan semakin membahayakan warga sekitar, terlebih masalah kebutuhan air bersih dan kesehatan, terlebih status gizinya.Mengapa pencemaran air dan kondisi gizi berkaitan?Piring yang isinya kita harapkan dapat memberikan manfaat untuk tubuh malah menjadi racun. Ketika seseorang mengonsumsi makanan yang diolah atau bahkan tercemar oleh air yang tidak bersih, tubuh akan mendapat risiko seperti gangguan pencernaan. Selain itu, akibat dari air yang tercemar, ikan-ikan yang tinggal di dalamnya juga akan terimbas. Ikan yang kemudian diambil untuk dikonsumsi dan pada akhirnya masuk ke dalam tubuh dengan kondisi membawa racun. Semakin banyak residu berbahaya dari pencemaran air masuk ke dalam tubuh.Melihat kondisi anak-anak yang tinggal di daerah kekurangan air bersih meskipun tinggal di pesisir, yang seharusnya kebutuhan gizinya terpenuhi karena ikan menjadi sumber protein terbanyak, masih tinggi angka stunting dan gizi buruk. Menurut hasil SSGI 2024, ditunjukkan angka prevalensi stunting secara nasional adalah 19,8% meskipun cenderung turun dari tahun sebelumnya, angka tersebut masih terlampau tinggi dari karena masih berada di atas ambang batas yang ditetapkan oleh WHO, yaitu di bawah 20% Gangguan pencernaan seperti diare juga menjadi faktor utama mengapa angka stunting dan gizi buruk tak kunjung turun. Diare yang berulang membuat segala asupan gizi yang diberikan, meskipun itu sudah cukup, tidak dapat dicerna dan diserap oleh tubuh. Membuat kondisi tubuh mereka tak kunjung membaik. Menurut Kementerian Kesehatan, stunting bukan hanya soal tubuh pendek, tetapi perkembangan otak yang terhambat akibat kurangnya nutrisi dalam jangka panjang. Dan salah satu penyebab yang sering tidak terlihat adalah air yang tidak bersih. Jika terus dibiarkan tercemar, akan sangat jauh untuk mencapai tujuan penurunan angka prevalensi stunting. Menurut saya, dalam kacamata gizi, pencemaran air bukan soal lingkungan yang tercemar atau sungai yang berubah warna. Pencemaran air memiliki dampak langsung yang tidak kasat mata terhadap penyerapan nutrisi, kesehatan pencernaan, dan status gizi terutama pada anak-anak. Sungai bukan hanya aliran air. Bagi banyak orang, sungai adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Ketika air tercemar, kesehatan, nutrisi, dan masa depan anak-anak ikut terancam. Menjaga kebersihan air tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat demi kelangsungan hidup sehat yang digadang-gadangkan.