Penyebab Cangkang Kerang Menggunung di Pesisir Utara Jakarta

Wait 5 sec.

Cangkang kerang hijau di Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (5/12/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparanAroma amis khas kerang terasa menyengat begitu kumparan tiba di Kampung Kerang, Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. Meski begitu, aktivitas warga sekitar yang sedang mengolah kerang tak terpengaruh.Tangan-tangan mereka cekatan melepas isi kerang dari cangkangnya. Cangkang-cangkang itu lalu dibuang, dan menggunung di pesisir pantai utara Jakarta itu. Di atas tumpukan cangkang, lalat-lalat terbang begitu sibuk tak mau kalah dengan aktivitas manusia. Sesekali, lalat-lalat itu bubar karena warga silih berganti datang membuang karung demi karung berisi cangkang.Warga seolah tak menyadari bahaya kesehatan hingga lingkungan yang mengintai dari limbah tersebut.Warga beraktivitas di tumpukan limbah kulit kerang hijau yang menggunung melebihi tanggul laut setinggi 5 meter di kawasan pesisir Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (28/5). Foto: Thomas Bosco/kumparanMeski tak mengingat tahunnya secara pasti, Warga Kampung Kerang, Suparni mengatakan, dulu cangkang kerang tak dibuang ke pesisir pantai. Saat itu, hasil dari budidaya kerang belum sebanyak sekarang. Cangkang kerang diangkut oleh petugas kebersihan untuk dibuang ke tempat yang semestinya."Dulu nggak ada gunung cangkang gini," kata dia sambil menunjuk ke arah gunungan, Jumat (5/12).Aktivitas para pekerja kerang hijau terlihat di pesisir Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (5/12/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparanSeiring makin banyaknya 'bos' penjual kerang, cangkang kerang mulai menggunung. Kini, tidak terhitung jumlah cangkang kerang yang dihasilkan setiap harinya. Apa lagi, ada satu lapak pengolahan kerang yang beraktivitas selama 24 jam. Dari sana saja, ribuan limbah cangkang kerang dihasilkan saban hari."Ya, dari bos-bos itu (awal mulanya buang cangkang ke pesisir). Banyak bos di sini," ucap dia.Cangkang kerang hijau di Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (5/12/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan"Satu lapak aja hampir seratus karung tiap lapak atau bos. Ini banyak bosnya, dari ujung ke ujung. Bayangin aja. Apa lagi jelang Natal dan tahun baru ini," ujar dia.Suparni mengharapkan ada solusi dari pemerintah agar cangkang kerang tak terus menggunung. Sebab, marak dampak negatif yang muncul akibat cangkang kerang yang dibiarkan menumpuk lama."Saya juga sebenernya gak suka, keberatan," kata dia.Buruh Pembuka Cangkang Kerang Foto: Aditia Noviansyah/kumparanMenteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, pernah menyoroti pencemaran lingkungan akibat limbah cangkang kerang yang mencemari kawasan ini. Ia mengatakan, dalam sehari, petani kerang dapat menghasilkan 1,5 hingga 2 ton cangkang atau kulit kerang. Sementara petani hanya dapat mengelola 50 hingga 100 kilogram cangkang per hari. Tak sebanding dengan limbah cangkang yang dihasilkan."Di Kalibaru saja produksi kulit kerangnya mencapai 1,5 sampai 2 ton per hari. Jadi kondisi yang kita lihat itu otomatis sudah melakukan pencemaran lingkungan yang relatif besar, sehingga kondisi pantainya pasti menimbulkan problem yang tidak ringan," kata Hanif saat mengunjungi kawasan Kalibaru pada Juli 2025 lalu. Kementerian Lingkungan Hidup sendiri berkoordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta untuk mencari solusi terkait limbah cangkang kerang yang mencemari pesisir utara Jakarta.Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq di Hotel Kempinski Indonesia, Jakarta, Selasa (2/12/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan"Kami akan segera merumuskannya dahulu dengan teman-teman Daerah Khusus Jakarta yang bertempat di lokasi ini, dengan para penanggung jawab kawasan, semisal pelindung atau mungkin teman-teman dari PUPR untuk mengambil langkah-langkah penanganan pencemaran ini," kata dia."Jadi tentu mereka-mereka (pengupas) juga harus bertanggung jawab terkait dengan peran ini. Ini tidak sederhana iya, tetapi dengan kehadiran kita di sini, segera kita akan merumuskan instrumen yang harus kita bangun bersama untuk Kalibaru," ungkapnya saat itu.