Pengakuan Orang Tua dari Korban Kekerasan Saat Orientasi Pecinta Alam di Bitung

Wait 5 sec.

Kolase aksi kekerasan yang terjadi pada masa orientasi pengenalan anggota baru di salah satu Komunitas Pecinta Alam di Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut).BITUNG - Kasus dugaan kekerasan yang terjadi pada masa orientasi pengenalan anggota baru salah satu kelompok pecinta alam di Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), resmi dilaporkan ke polisi oleh salah satu orang tua korban.Nurdiana, orang tua yang melaporkan kejadian itu ke polisi, mengaku jika dia tak ingin aksi kekerasan seperti itu terus berlanjut. Untuk itu dia berharap pihak kepolisian bisa menyelesaikan kasus itu hingga tuntas."Kami berharap kasus ini tetap diproses sampai tuntas dan berhentikan komunitas seperti itu. Ini (lapor polisi) saya lakukan supaya tidak ada lagi korban,” ujarnya.Sementara itu, dari pengakuan Nurdiana, anaknya berinisial AA (16) yang masih berstatus sebagai siswa SMA, awalnya meminta izin kepadanya untuk ikut naik gunung sekaligus mengikuti organisasi pecinta alam yang akan berlangsung sejak Jumat hingga Minggu (26-28 September 2025).Menurutnya, sebagai orang tua dia mendukung anaknya untuk ikut kegiatan-kegiatan yang positif termasuk sebagai pecinta alam. Dia pun semakin yakin memberikan izin, karena ada surat resmi dari organisasi tersebut yang ditujukan ke orang tua."Saya memberi izin karena anak saya turut menyertakan surat resmi dari organisasi yang menjelaskan tentang kegiatan yang berlangsung selama tiga hari itu," kata Nurdiana.Namun, ketika anaknya kembali dari kegiatan pendakian gunung tersebut, Nurdiana justru mendapati sejumlah tanda-tanda kekerasan di bagian wajah.“Ada bengkak di bagian wajah dan ada lebam biru, bibir pecah. Waktu ditanya anak saya bilangnya digigit tawon ketika sedang camping,” ujarnya.Walaupun enggan percaya dengan alasan tersebut, Nurdiana mengaku tak mempermasalahkan selama tidak ada keluhan lain dari anaknya.Namun, sehari setelahnya, dirinya secara tak sengaja mendapati video yang sedang ditonton oleh AA, yang menampilkan kekerasan yang terjadi ketika melakukan pendakian.Usia mendapati video itu, Nurdiana lantas meminta anaknya untuk mengaku apa saja yang terjadi selama mengikuti kegiatan dari organisasi pecinta alam itu.Menurut Nurdiana, pengakuan anaknya jika ada beberapa orang yang melakukan pemukulan secara bergantian."Tapi yang membuat saya sangat marah, karena ternyata ada instruksi yang diberikan agar supaya apa yang terjadi selama kegiatan tidak boleh diceritakan ke pihak luar. Ini tidak benar,” kata Nurdiana.Untuk itu, Nurdiana merasa jika persoalan ini harus diketahui banyak orang, karena ada unsur kesengajaan serta upaya untuk menutupi aksi kekerasan yang terjadi."Saya tidak ingin ada korban-korban lain ke depan," ujar Nurdiana.Sebelumnya, video orientasi pengenalan anggota baru salah satu Komunitas Pecinta Alam di Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), yang memakai kekerasan, viral di media sosial.Dalam video itu, para anggota baru Komunitas Pecinta Alam tersebut terlihat sudah tak memakai baju. Mereka hanya dipakaikan topi maupun slayer warna biru yang dililitkan di leher mereka.Kemudian satu per satu para anggota baru yang disuruh duduk berlutut itu ditarik lalu ditempeleng berulang kali di pipi. Tak sampai situ, tendangan ke arah dada juga diterima oleh para anggota baru itu.