Eksistensi Lansia: Tetap Bugar, Produktif, dan Bermartabat

Wait 5 sec.

Dua lansia duduk di bangku taman, simbol kehidupan aktif dan bermartabat di usia lanjut (Sumber: pixabay.com)Setiap negara memiliki dinamika demografi yang terus berubah. Indonesia kini memasuki fase penduduk menua (ageing population), di mana satu dari sepuluh penduduk merupakan lanjut usia (lansia). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022, jumlah penduduk lansia mencapai 10,48 persen dari total populasi nasional. Bahkan, sekitar 30 persen rumah tangga di Indonesia memiliki anggota lansia, dan sebagian besar dari mereka masih berperan sebagai kepala keluarga.Data tersebut menunjukkan bahwa lansia bukanlah kelompok kecil, melainkan bagian penting dari struktur masyarakat. Peningkatan jumlah lansia ini mencerminkan keberhasilan pembangunan—khususnya dalam bidang kesehatan dan peningkatan angka harapan hidup. Namun, bersamaan dengan itu, muncul tantangan baru: bagaimana memastikan para lansia tetap sehat, mandiri, dan bermartabat di tengah perubahan sosial dan ekonomi yang cepat.Lansia sebagai Aset, Bukan BebanMasih sering kita jumpai pandangan bahwa lansia adalah kelompok yang lemah dan bergantung. Padahal, banyak lansia yang justru masih aktif berkontribusi—baik dalam keluarga, komunitas, maupun lingkungan kerja. Pengalaman hidup dan kebijaksanaan menjadikan mereka sumber nilai, teladan, dan inspirasi bagi generasi muda.Lansia seharusnya dipandang sebagai aset bangsa, bukan beban. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, mereka dapat tetap berperan sebagai agen perubahan sosial dan penjaga nilai-nilai budaya. Dalam konteks masyarakat modern yang sering kali bergerak cepat, keberadaan lansia yang aktif dan produktif justru menjadi penyeimbang dan penguat kohesi sosial.Kunci Utama: Sehat dan BugarAgar dapat terus berdaya, lansia harus menjaga kesehatan dan kebugaran. Menurut Kementerian Kesehatan, sehat berarti kondisi fisik, mental, spiritual, dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sementara kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh menjalankan aktivitas sehari-hari dengan energi cukup tanpa kelelahan berlebihan, serta memiliki cadangan tenaga untuk aktivitas lainnya.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar lansia melakukan: (1) 150–300 menit aktivitas fisik aerobik intensitas sedang per minggu, atau (2) 75–150 menit aktivitas aerobik intensitas tinggi, (3) serta latihan penguatan otot dan keseimbangan minimal dua kali seminggu.Olahraga teratur—seperti jalan kaki, senam, bersepeda, atau berenang—dapat meningkatkan kebugaran, memperbaiki suasana hati, menjaga daya ingat, dan mencegah berbagai penyakit kronis.Selain aktif bergerak, lansia juga perlu: (1) Menjaga berat badan ideal dan pola makan bergizi seimbang, (2) Tidur cukup dan mengelola stres, (3) Menjalin hubungan sosial yang positif, (4) Melatih daya ingat dan berpikir positif, (5) Rutin memeriksakan kesehatan, dan (6) Menikmati hidup dengan rasa syukur dan bahagia.Peran Keluarga dan LingkunganKemandirian lansia tidak dapat dicapai tanpa dukungan lingkungan. Keluarga, komunitas, dan masyarakat memiliki peran penting untuk menciptakan ruang ramah lansia—baik dalam bentuk dukungan moral, kesempatan berkegiatan, maupun fasilitas publik yang inklusif.Lingkungan sosial yang positif mendorong lansia untuk tetap aktif, merasa dihargai, dan tidak terisolasi. Dukungan sederhana seperti mengajak berolahraga bersama, mendengarkan cerita mereka, atau melibatkan lansia dalam kegiatan komunitas dapat memberi dampak besar bagi kesejahteraan psikologis.Indonesia Menuju Masyarakat Ramah LansiaMeningkatnya populasi lansia seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah dan masyarakat untuk memperkuat kebijakan ramah lansia—mulai dari layanan kesehatan, jaminan sosial, hingga kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dan sosial.Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai semua lapisan warganya, termasuk mereka yang menua. Dengan pendekatan holistik dan dukungan lintas sektor, lansia dapat tetap bugar, mandiri, dan bermartabat, sekaligus menjadi kekuatan sosial dalam pembangunan nasional.Karena itu, mari bersama membangun Indonesia yang ramah usia, di mana setiap orang dapat tetap berdaya di setiap tahap kehidupan. Lansia sehat, bangsa kuat.