Addie MS (Ivan Two Putra/VOI)JAKARTA - Kisah kurang mengenakkan banyak dialami Addie MS selama memimpin Twilite Orchestra selama lebih dari tiga dekade di panggung musik Indonesia.Menurutnya, konsep musik simfoni di Tanah Air masih sulit mendapatkan panggung karena biaya besar yang harus dibayarkan penyelenggara, meingat jenis musik ini memerlukan puluhan bahkan ratusan musisi dan penyanyi.“Kadang-kadang yang namanya konser bukan dapat duit tapi keluar duit,” kata Addie saat ditemui di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 1 Oktober.Addie mengungkap, tak jarang dirinya harus merogoh kocek pribadi ketika membawa Twilite Orchestra ke panggung musik. Salah satunya terjadi saat mereka tampil di festival musik Pestapora pada tahun 2023.“Ada satu konser, suatu festival, di tahun 2023, kan (butuh) biayanya besar, begitu saya tanya biayanya (yang didapat) berapa, ya enggak cukup,” tutur Addie.“Tapi kalau terus pakai hitungan normal, kita enggak akan main festival. Karena biasanya kan yang main di sana band. Tapi saya ingin memperkenalkan musik simfonik dan paduan suara ke anak muda,” sambungnya. “Ya udah saya tanya berapa bayarannya. Saya terima. Selebihnya saya keluar uang sendiri.”Dalam penampilan tersebut, Addie mengatakan, Twilite Orchestra tidak tampil dengan dukungan dari sponsor manapun.“Enggak ada sponsor saat itu,” katanya. “Saat itu, lebih dari 100 juta lah keluar dari kantong.”Saat itu, Twilite Orchestra tampil selama 45 menit dengan membawakan banyak jenis lagu, mulai dari lagu nasional, lagu daerah, hingga lagu populer.“Ternyata anak-anak muda itu nasionalismenya tinggi. Saat mendengar lagu-lagu perjuangan gitu, entah gimana mereka nyanyi semua,” ujar Addie.“Saya terharu banget. Di situ lah kepuasannya. Saya keluar duit tapi rasanya seperti saya sudah melakukan sesuatu buat negara saya,”tandasnya.