Cerita Leni, Ibu 50 Tahun yang Baru Bisa Ambil Ijazah Usai Program Pemutihan

Wait 5 sec.

Sejumlah siswa berpose menunjukkan dokumen ijazah saat program pemutihan penundaan pemberian ijazah di SMA Islam Said Naum, Tanah Abang, Jakarta, Kamis, (21/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanSaat Leni (50) tiba di SMP Strada Santo Fransiskus Xaverius, Koja, Jakarta Utara, ia tidak sekadar mengambil selembar kertas bertuliskan ijazah. Bagi wanita yang sehari-hari membuka usaha permak dan menjadi agen gadai kecil di Kecamatan Sukapura, Jakarta Utara, itu, dokumen tersebut adalah pintu menuju masa depan yang lebih pasti.Hari ini, Leni akhirnya bisa memegang ijazah Paket B setara SMP yang ia selesaikan pada 2023. Bukan karena ia menunda mengambilnya, melainkan karena kendala biaya.“Karena keuangannya lagi sulit waktu itu,” katanya pelan.Leni (50), salah satu peserta program pemutihan ijazah tahap IV gelombang kedua oleh Pemprov DKI di SMP Strada Santo Fransiskus Xaverius, Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/10/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparanHal itu disampaikannya saat penyerahan bantuan pemutihan ijazah tahap IV gelombang kedua tahun 2025 di SMP Strada Santo Fransiskus Xaverius, Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/10). Penyerahan tersebut dilakukan secara langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.Untuk menebus ijazah, Leni mengaku harus membayar Rp 2,5 juta. Jumlah itu terlalu besar baginya. Hingga akhirnya, lewat program pemutihan ijazah yang dijalankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, ia bisa mendapatkan dokumen penting itu tanpa lagi terbebani biaya.“Ya, sangat bersyukur sekali, terbantu gitu orang-orang yang nggak bisa nebus. Jadi dibantu dari pemutihan ini, gitu. Alhamdulilah jadi mereka-mereka bisa punya ijazah dan bisa dipergunakan,” ucapnya dengan wajah lega.Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memberikan dokumen ijazah kepada siswa saat program pemutihan penundaan pemberian ijazah di SMA Islam Said Naum, Tanah Abang, Jakarta, Kamis, (21/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanLeni tidak pernah menempuh sekolah reguler. Bukan karena tidak mau, melainkan karena keadaan.“Ibu (saya) bukan orang mampu. Tadinya Ibu nggak mau gitu, nggak mau paket. Cuma karena ya namanya, takut suatu saat nanti ada apa. Jadi, ya saya berusaha gitu, ikut paket,” ceritanya.Ikut Kejar Paket C Setara SMASetelah lulus SMP lewat paket, ia kini berencana melanjutkan kejar Paket C agar memiliki ijazah setara SMA. Anak-anaknya sudah berumah tangga, sehingga ia bisa fokus pada usaha kecil sekaligus mengejar pendidikan yang sempat tertunda.Bagi Leni, ijazah bukan sekadar syarat administratif. Ia menganggapnya sebagai hal yang penting. Suatu saat jika keadaan mendesak, ia bisa menggunakannya untuk melanjutkan pendidikan atau keperluan lain.“Alhamdulillah anak-anak saya udah pada rumah tangga semua. Kesibukan saya, buka permakan sama jadi agen gadai di Sukapura, cuma saya cabang dari [daerah] Boulevard-nya, gitu,” tuturnya.Kini, dengan ijazah di tangan, Leni bisa melangkah lebih tenang. Ia tahu, pendidikan memang sempat tertunda, tapi tidak pernah benar-benar hilang.Cerita Lain, Harapan yang SamaGubernur DKI Jakarta Pramono Anung saat diwawancarai di SMP Strada Santo Fransiskus Xaverius 1, Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/10/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparanKepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana, menyebut program pemutihan ijazah telah memberi dampak nyata. Banyak penerimanya kini memiliki peluang kerja lebih baik setelah bisa menunjukkan dokumen pendidikan yang sah.“Peserta didik atas nama Sony Pery Sahat Silitonga yang bercerita. Sony adalah lulusan SMK Walang Jaya tahun 2019 yang selama ini ijazahnya tertahan. Sebelumnya bekerja sebagai tenaga lepas harian, saat ini telah diterima bekerja di PT Gemilang Nusantara,” jelas Nahdiana.“Satu lagi adalah saudari Nadia Syah, ini lulusan SMK PGRI 3 Jakarta, sebelumnya juga menjadi pekerja tenaga harian lepas, saat ini telah diterima bekerja menjadi karyawan tata usaha pada PT My Republic. Tentunya akan banyak lagi cerita-cerita seperti Sony dan Nadia sebagai penerima penebusan ijazah,” lanjutnya.Menurutnya, keberhasilan ini menjadi indikator kuat bahwa program pemutihan membuka kesempatan kerja lebih luas dan memberi kepastian masa depan lebih cerah bagi warga.