BYD XI'AN, kapal pengangkut mobil terbesar di dunia. (Foto: BYD Global)JAKARTA - Pemerintah China akan memberlakukan aturan baru bagi ekspor kendaraan listrik (EV) mulai tahun 2026. Produsen mobil asal Negeri Tirai Bambu nantinya diwajibkan memiliki izin khusus sebelum mengekspor kendaraan ke luar negeri.Kebijakan ini dipandang sebagai langkah untuk meredam perang harga yang selama ini mendominasi pasar global EV. Aturan baru ini muncul setelah banyak produsen dan pedagang mobil di China menjual kendaraan ke luar negeri dengan status “bekas” untuk mengatasi kelebihan stok dalam negeri.Praktik tersebut dinilai memicu kompetisi tidak sehat, menekan harga, dan pada akhirnya merusak citra merek China di pasar internasional.Direktur Kantor Kebijakan Penelitian di China Automotive Technology Research Center, Wu Songquan, menilai ekspor yang tidak terkoordinasi bisa berdampak buruk terhadap konsumen.“Seperti halnya merek internasional besar yang telah memperoleh kepercayaan global melalui kualitas tinggi, produsen mobil China juga harus membangun proses yang terstandarisasi dan mencapai ekspor berkualitas tinggi melalui operasi mandiri,” ujarnya, seperti dikutip dari Drive, Jumat, 3 Oktrober.Kekhawatiran serupa disampaikan Ketua Changan, Zhu Huarong, yang meminta adanya pengawasan lebih ketat terhadap ekspor mobil “bekas” agar reputasi industri otomotif China tidak tercoreng di kancah global.Selain itu, pemerintah pusat juga menegaskan akan mengatur “kompetisi irasional” di sektor EV dengan memantau harga dan melakukan investigasi biaya produksi. Langkah ini disebut sebagai strategi jangka panjang untuk memastikan pertumbuhan industri kendaraan listrik tetap sehat dan berkelanjutan.Bagi pasar global, termasuk Asia Tenggara, kebijakan ini bisa menjadi titik balik. Merek-merek China seperti BYD yang selama ini gencar berekspansi dengan harga terjangkau kemungkinan akan menghadapi tantangan baru.Dengan adanya izin ekspor, fleksibilitas mereka dalam menekan harga bisa berkurang, sementara negara tujuan seperti Eropa dan Amerika Serikat juga sudah lebih dulu memberlakukan tarif tambahan untuk melindungi industrinya dari dominasi EV murah asal China.