Ilustrasi toko Apple Reston, Virginia (foto: x Feb 7, 2019 Major expan)JAKARTA - Apple kembali terseret masalah hukum setelah Komisi Kesempatan Kerja Setara Amerika Serikat (EEOC) melayangkan gugatan diskriminasi agama terhadap perusahaan raksasa teknologi itu. Gugatan ini menuduh Apple menolak akomodasi keagamaan serta melakukan pemecatan balasan terhadap seorang karyawannya.Dalam rilis resmi, EEOC menyebut dugaan pelanggaran terjadi di Apple Reston, Virginia, dan melanggar Title VII of the Civil Rights Act of 1964 yang melindungi pekerja dari diskriminasi berbasis agama.Karyawan yang digugatkan kasusnya adalah seorang Apple Genius yang telah bekerja 16 tahun dengan catatan kinerja positif. Masalah muncul setelah ia memutuskan untuk memeluk agama Yahudi pada 2023 dan meminta akomodasi untuk menjalankan Shabbat. Shabbat berlangsung sejak Jumat petang hingga Sabtu malam, di mana penganutnya dilarang melakukan jenis pekerjaan tertentu.Namun, permintaan tersebut ditolak oleh manajer baru toko dengan alasan kebijakan penjadwalan Apple tidak lagi mengizinkan libur di dua hari itu. Takut dianggap melawan aturan dan berisiko dipecat, sang karyawan akhirnya tetap bekerja saat Shabbat meski bertentangan dengan keyakinannya.Tak lama setelah itu, Apple mulai mendisiplinkannya dengan alasan melanggar aturan grooming atau penampilan. Puncaknya, ketika karyawan tersebut mengingatkan atasannya soal hari raya keagamaan yang akan datang, ia justru diberhentikan dengan alasan pelanggaran grooming kembali.EEOC menegaskan bahwa pemecatan itu diyakini terjadi akibat dua hal: permintaan akomodasi agama dan keluhan karyawan terkait diskriminasi yang ia alami. Menurut hukum federal, Title VII juga melarang segala bentuk pembalasan terhadap karyawan yang menolak diskriminasi.Ini bukan kali pertama Apple menghadapi gugatan diskriminasi. Pada 2022, seorang mantan pengacara paten Apple menggugat perusahaan karena diskriminasi dan pelecehan setelah melaporkan rekan kerjanya. Setahun sebelumnya, eks-karyawan Cher Scarlett memimpin gerakan #AppleToo untuk mengungkap persoalan internal, mulai dari isu rasisme, seksisme, hingga kesenjangan upah yang disebut kerap diabaikan manajemen.