Beriman Bukan Sekadar Percaya: Saatnya Bangkit dan Berjihad Menegakkan Kebenaran

Wait 5 sec.

Ilustrasi mencoba bangkit mencari keadilan dan menegakkan kebenaran. Foto: Dariush M/shutterstock“Kebatilan tidak akan berhenti karena kekuatannya, tetapi karena banyak orang beriman yang memilih diam. Sudah saatnya iman diwujudkan dalam tindakan nyata melawan kezaliman sosial dan politik.”Arief SulistyantoDalam sejarah manusia, kebatilan tidak pernah tumbuh karena kekuatannya sendiri. Ia bertahan karena terlalu banyak orang yang memilih diam, terlalu banyak orang beriman yang berhenti pada ucapan, dan terlalu sedikit yang berani mengubah keyakinan menjadi tindakan. Iman yang sejatinya menjadi kekuatan transformatif sering kali dikecilkan maknanya menjadi sekadar kepercayaan yang nyaman. Padahal, iman yang tidak mendorong keberanian untuk menghadapi keburukan sejatinya hanya menjadi hiasan kosong di dalam qalbu.Hari ini kita hidup di tengah realitas sosial yang semakin penuh paradoks. Di satu sisi, masyarakat terus bersuara tentang keadilan, kejujuran, dan kebenaran. Di sisi lain, kita menyaksikan konflik verbal di media sosial antara mereka yang menuntut keadilan dengan kelompok yang membela orang-orang yang nyata-nyata bersalah. Kita mendengar pejabat publik mengeluarkan pernyataan yang tak menyelesaikan masalah, bahkan terkesan mengelak dari tanggung jawab. Kita melihat penyimpangan norma sosial dilegalkan dengan justifikasi hukum, seolah yang salah bisa menjadi benar hanya karena ada aturan yang membungkusnya. Dan sementara itu, rakyat kecil tetap terjebak dalam kemiskinan struktural yang seolah tak berujung.Di tengah situasi seperti ini, iman bukan lagi sekadar urusan privat antara hamba dan Tuhannya. Iman harus tampil sebagai kekuatan sosial dan moral yang nyata. Dan jihad — dalam arti perjuangan tanpa pamrih di jalan Allah SWT — menjadi wujud tertinggi dari iman itu. Bukan jihad bersenjata, tetapi jihad dalam bentuk keberanian untuk berpihak kepada yang benar meskipun sendiri, melawan arus meskipun berat, dan berkata jujur meskipun berisiko.Iman yang Menolak DiamIman sejati tidak membiarkan pemiliknya bersembunyi di balik kenyamanan. Ia mendorong tindakan bahkan sebelum perintah datang. Allah SWT menggambarkan ciri orang beriman sebagai mereka yang ketika dipanggil kepada kebenaran berkata:“Kami mendengar dan kami taat.”(QS. An-Nūr [24]: 51).Ungkapan sederhana ini mengandung makna besar: orang beriman tidak meminta izin untuk berbuat benar. Mereka tidak menunggu situasi ideal untuk membela yang tertindas. Mereka tidak mencari alasan untuk menghindari tanggung jawab moral.Dalam kehidupan sehari-hari, keimanan yang hidup akan tampak dari keberanian untuk tidak diam saat melihat ketidakadilan. Orang beriman tidak bisa berpangku tangan menyaksikan kekuasaan disalahgunakan, tidak membenarkan kezaliman demi keamanan pribadi, dan tidak membiarkan kebenaran dibungkam hanya karena mayoritas diam. Mereka sadar, ridha Allah SWT jauh lebih bernilai daripada segala bentuk kenyamanan duniawi.Sayangnya, banyak yang mengaku beriman tetapi berhenti pada level keyakinan intelektual. Mereka rajin beribadah namun enggan bersuara. Mereka fasih bicara tentang tauhid tetapi takut kehilangan posisi jika berpihak pada yang benar. Mereka menyebut dirinya mukmin tetapi tidak melakukan apa pun ketika kebatilan merajalela. Padahal, iman tanpa keberanian sejatinya hanya menjadi kata-kata tanpa makna.Jihad di Medan Sosial dan PolitikMenegakkan keadilan dan menyebarkan kebenaran bisa dilakukan dengan banyak cara, termasuk melalui sosial media. Foto: Hernan E. Schmidt/ShutterstockDalam konteks kekinian, jihad bukan sekadar perjuangan fisik di medan perang. Jihad adalah perlawanan moral terhadap kezaliman dalam segala bentuknya. Jihad adalah menolak terlibat dalam praktik curang meskipun semua orang melakukannya. Jihad adalah tetap jujur di tengah sistem yang korup. Jihad adalah mengedepankan kepentingan publik di atas kepentingan kelompok, bahkan jika itu berarti kehilangan jabatan atau pengaruh.Jihad juga berarti menantang narasi kekuasaan yang menyesatkan. Ketika pejabat menggunakan hukum untuk melindungi kesalahan, suara iman harus berani berkata tidak. Ketika kekuasaan menekan suara kritis, orang beriman tidak boleh bersembunyi di balik dalih “tidak ingin terlibat.” Dan ketika masyarakat mulai menganggap keburukan sebagai sesuatu yang normal, jihad berarti mengembalikan nurani publik kepada fitrahnya.Contohnya bisa kita temui di sekitar kita: seorang hakim yang tetap menegakkan hukum meskipun berisiko dimutasi, seorang pejabat yang menolak menandatangani keputusan yang merugikan rakyat, atau seorang warga yang berani mengungkap korupsi meski terancam keselamatannya. Mereka mungkin kalah secara duniawi, tetapi di sisi Allah SWT mereka adalah pemenang sejati — karena mereka telah berjihad di jalan kebenaran.Seruan: Jangan Berlindung di Balik LegalitasIman dan jihad bukan hanya panggilan bagi rakyat biasa. Mereka juga menjadi ujian bagi para pemegang kekuasaan. Kekuasaan adalah amanah, dan setiap keputusan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.Maka, pejabat yang beriman tidak akan berlindung di balik celah hukum untuk membenarkan tindakan yang zalim. Mereka tidak akan menutup mata terhadap penderitaan rakyat demi stabilitas politik. Mereka tidak akan menggunakan kekuasaan sebagai tameng, melainkan sebagai alat untuk menegakkan keadilan.Kekuasaan yang berlandaskan iman akan menjadikan kepentingan rakyat sebagai prioritas. Ia tidak akan mengeluarkan pernyataan yang merendahkan akal publik, tidak akan menyederhanakan persoalan yang kompleks dengan alasan klise, dan tidak akan menyelesaikan masalah dengan mengalihkan perhatian. Ia akan bersuara jujur, bertindak tegas, dan bertanggung jawab — karena ia sadar bahwa jabatan hanyalah jalan untuk berkhidmat, bukan sarana untuk bertahan.Jangan Takut SendirianSeruan ini juga ditujukan kepada setiap individu beriman. Kita tidak boleh menunggu perubahan datang dari atas. Tugas kita adalah memulai perubahan itu dari bawah — dari diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan ruang publik yang kita miliki. Jangan menunggu orang lain berbicara. Jangan menunggu kekuasaan memberi ruang. Karena setiap langkah kecil menuju kebenaran dicatat oleh Allah SWT dan menjadi bagian dari jihad kita.Di era digital seperti sekarang, jihad juga berarti melawan arus opini sesat di media sosial. Jangan biarkan ruang publik dikuasai oleh kebohongan, pembelaan terhadap pelaku kejahatan, dan pembenaran terhadap yang salah. Suara kebenaran harus tetap hadir, sekalipun ditenggelamkan oleh kebisingan propaganda.Saatnya Iman Menjadi TindakanIman bukan sekadar percaya. Iman adalah keberanian untuk bertindak sesuai keyakinan. Dan jihad bukan sekadar perjuangan fisik, tetapi tekad untuk menegakkan kebenaran meski harus berjalan sendirian.Di tengah dunia yang semakin membingungkan—saat kebatilan berbicara dengan suara lantang dan kebenaran dibungkam oleh kepentingan—kita tidak boleh hanya menjadi penonton. Kita dipanggil untuk menjadi pelaku perubahan. Karena jika orang-orang beriman tetap diam, maka kebatilan akan terus berkuasa.Sudah saatnya iman kita keluar dari ruang privat dan menjadi kekuatan publik. Sudah saatnya jihad kita melampaui mimbar masjid dan menyentuh realitas sosial. Dan sudah saatnya kita berdiri tegak — bukan untuk mencari kemenangan duniawi, tetapi untuk memastikan bahwa kita tidak pernah berhenti berjuang di jalan Allah SWT.