Penulis (kanan) beraktivitas fisik bersama keluarga. (Sumber: Dokumen Pribadi)Pernahkah Anda membuka Instagram atau TikTok dan hampir setiap unggahan teman adalah foto sesudah lari, ikut fun run, bersepeda di pagi hari, main tenis, atau mencoba padel yang sedang naik daun? Tren olahraga kian mendominasi media sosial kita.Tak sedikit yang menilainya dengan nada sinis: “Ah, cuma ikut-ikutan, FOMO aja.”FOMO (Fear of Missing Out) pertama kali diperkenalkan oleh Patrick J. McGinnis di Harvard Business School (2004). Istilah ini menggambarkan rasa takut tertinggal dari keseruan yang dialami orang lain.Dalam psikologi modern, FOMO sering dilekatkan pada dampak negatif terhadap kesehatan: stres, cemas, hingga depresi akibat tekanan media sosial. Namun, apakah FOMO selalu buruk?Manfaat TersembunyiMari kita balik sudut pandangnya. Pasca pandemi COVID-19, kesadaran hidup sehat meningkat tajam. Olahraga tak hanya jadi aktivitas fisik, tapi juga simbol status, cara bersosialisasi, bahkan sarana aktualisasi diri di ruang digital.Ilustrasi studio olahraga Foto: ShutterstockMotivasi orang untuk mulai berolahraga beragam: ada yang tulus ingin sehat, ada pula yang sekadar tak mau ketinggalan tren. Di sinilah stigma FOMO muncul. Padahal, studi International Journal of Environmental Research and Public Health (2022) menunjukkan motivasi sosial—termasuk ingin terhubung dengan komunitas—dapat mendorong seseorang memulai dan mempertahankan rutinitas olahraga.Artinya, walau awalnya hanya “ikut-ikutan,” manfaat kesehatannya tetap nyata. Harvard Health Publishing mencatat, aktivitas fisik rutin mampu menurunkan hormon stres kortisol dan meningkatkan endorfin yang memperbaiki suasana hati. Jadi, kalau alasan pertama Anda berlari adalah karena teman, tubuh tetap menuai keuntungan.Komunitas dan KonsistensiLebih jauh, tren olahraga ini menciptakan ruang sosial baru. Komunitas lari, sepeda, tenis, hingga padel bukan sekadar tempat latihan, tetapi juga wadah kebersamaan. Banyak orang akhirnya konsisten berolahraga tidak karena pada awalnya cinta terhadapnya geraknya, tetapi karena merasa diterima dan mendapat dukungan sosial.Car Free Day (Ilustrasi) Foto: REUTERS/Darren WhitesideCar Free Day (CFD), fun run massal, atau booming sepeda lipat Brompton beberapa waktu lalu adalah bukti bahwa olahraga bisa jadi ajang berkumpul lintas latar belakang. Belakangan, fun run dengan ribuan peserta di berbagai kota bahkan jadi agenda rutin yang ditunggu. Rasa memiliki komunitas inilah yang sering membuat orang bertahan lebih lama dalam kebiasaan sehat.Pakar kesehatan olahraga, dr. Andri Firmansyah, SpKO, pernah menegaskan bahwa faktor lingkungan sosial berperan besar dalam konsistensi aktivitas fisik. “Kalau sendirian biasanya cepat bosan, tapi kalau ada komunitas, olahraga terasa menyenangkan dan berkelanjutan,” ujarnya. Ini menegaskan bahwa motivasi sosial—termasuk FOMO—bisa menjadi pintu masuk yang baik.Batas Sehat FOMOTentu, terdapat catatan penting. Jika FOMO berkembang menjadi obsesi pencitraan, itu justru kontraproduktif. Kita sering melihat unggahan yang lebih menonjolkan merek sepatu, kostum, atau pose dramatis ketimbang aktivitas olahraganya sendiri. Bahkan ada yang memaksakan diri ikut ajang olahraga demi eksistensi, padahal tubuh belum siap.Warga berolahraga padel di Lapangan Padel Parc, MT Haryono, Jakarta Selatan, Kamis (3/7/2025). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTORisiko cedera, kelelahan, atau stres justru bisa meningkat bila olahraga dijalani hanya untuk penampilan semata. Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan. Jadikan FOMO sebagai pemicu awal, tetapi arahkan motivasi berikutnya pada manfaat kesehatan dan kebugaran jangka panjang.Daripada mencibir mereka yang mulai olahraga karena tren, lebih baik kita melakukan hal positif dengan menyambut dan mendukung mereka. Hari ini mungkin mereka hanya ikut-ikutan, tetapi siapa tahu besok mereka jadi yang paling konsisten di komunitasnya.Jadi, bila Anda mulai berlari karena teman sedang semangat maraton, atau penasaran mencoba padel karena viral di TikTok, tak usah ragu. Selama hal itu membuat Anda bergerak, berkeringat, dan merasa lebih hidup, maka FOMO Anda adalah sesuatu yang justru menyehatkan.