Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin. (Nailin-VOI)JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin meminta Polisi Militer untuk mengungkap motif 20 prajurit TNI yang ditetapkan sebagai tersangka melakukan penganiayaan terhadap Prada Lucky Chepril Saputra Namo hingga tewas. TB Hasanuddin mengatakan, kasus ini menarik perhatian lantaran semula hanya ditemukan empat pelaku, namun kemudian berkembang menjadi 20 tersangka. Ia pun menyesalkan, salah satu pelaku merupakan komandan pleton yang seharusnya dapat menjaga anggotanya. "Dan lebih menarik, di dalamnya adalah Komandan peleton. Seorang perwira berpangkat Letnan dua, lulusan Akademi Militer, masih muda sekali mungkin umur sekitar 24-25 dan sebagainya, tetapi ikut terlibat. Ini yang saya sesalkan," ujar TB Hasanuddin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 12 Agustus."Karena apa? Komandan itu justru ada di tengah-tengah prajurit untuk mengawasi, mengendalikan, dan memberikan arahan. Makanya para perwira Letnan 1, Letnan 2 yang masih muda-muda, para perwira remaja itu harus tinggal bersama prajurit di barak untuk mengawasi ini. Bukan sebaliknya, malah terlibat dalam sebuah kejahatan bersama-sama," sambung purnawiran TNI itu. Oleh karena itu, TB Hasanuddin meminta Polisi Militer mengejar para pelaku dan mengungkap motif di balik penganiayaan antara senior dan junior di lingkungan TNI ini."Dan saya minta kepada Polisi Militer, coba dikejar. Apa sih sebetulnya motifnya? Ceritanya seperti apa? Kasus itu. Kok sampai dibunuh?," kata TB Hasanuddin."Mungkin tidak ada niat membunuh. Tetapi harus bisa dipastikan, dengan dipukuli beramai-ramai oleh sekian puluh orang, dan tentu pukulannya militer, yang mengarah pada titik-titik yang mematikan, ya matilah. Itu yang pertama," lanjutnya. TB Hasanuddin berharap kepada Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto serta Panglima Kodam di seluruh Indonesia, untuk membuat sebuah petunjuk tentang hubungan yang sehat antara senior dan junior sebagaimana mestinya."Jangan ada sifat arogansi. Seperti yang tadi saya ceritakan, biasa-biasa sajalah. Toh sesudah pensiun, kita kembali menjadi masyarakat biasa. Baik senior maupun junior. Jadi harus ada petunjuk yang jelas seperti apa, sikap dan perlakuan senior pada junior. Seharusnya memberi contoh, memberikan arahan yang positif. Itu harapan saya," ungkapnya. Terkait apakah Komisi I DPR akan memanggil Panglima TNI untuk membahas kasus ini, TB Hasanuddin membuka kemungkinan tersebut. Seperti diketahui, DPR RI akan kembali bersidang usai penyelenggaraan sidang bersama pada 15 Agustus mendatang. "Kita baru sekilas diskusi di grup. Nanti ketika masuk, setelah tanggal 15 (Agustus), biasanya ada rapat komisi, kita diskusikan," ucapnya."Kalau (agenda rapat, red) biasanya tidak satu, mungkin ada beberapa agenda, dan setelah agenda sekian pun, bebas juga nanti yang bertanya yang lain-lain," pungkas TB Hasanuddin.