Pemeran Teater Koma menampilkan lakon "Mencari Semar" saat media preview di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Selasa (12/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanTeater Koma berkolaborasi dengan Bakti Budaya Djarum Foundation menghadirkan pementasan teater bertajuk Mencari Semar pada 13-17 Agustus 2025 di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan. Panggung ke-235 Teater Koma ini menyajikan sebuah pengalaman teatrikal berbeda. Ada perpaduan tradisi lakon wayang dengan sentuhan futuristik fiksi ilmiah, sebuah persilangan genre yang langka.Ditulis dan disutradarai oleh Rangga Riantiarno, pertunjukan ini memadukan kekuatan cerita, kekayaan visual, musik, tarian dan teknologi panggung yang imersif. Kualitas tata cahaya pun mendukung visual panggung.Pemeran Teater Koma menampilkan lakon "Mencari Semar" saat media preview di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Selasa (12/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanCerita dalam Pementasan Teater Mencari SemarRangga mengatakan, Mencari Semar merupakan sebuah fantasi yang berakar pada mitologi Jawa namun disajikan dalam narasi masa depan.Cerita dalam Mencari Semar tidak bisa lepas dari lakon wayang yang pernah digarap Teater Koma sebelumnya. Namun, inspirasi utama justru datang dari kemajuan zaman yang semakin pesat.“Ceritanya tentu saja terpengaruh lakon wayang Teater Koma sebelumnya. Tambahan inspirasinya, kemajuan teknologi yang makin mendekati kisah-kisah fiksi ilmiah yang saya tonton atau baca selama ini. Yang akan dihadirkan naskah ini adalah sebuah pentas wayang yang dibumbui sedikit unsur fiksi ilmiah," kata Rangga usai pementasan.Selain teknologi, inspirasi datang dari figur yang paling berpengaruh dalam hidup dan kariernya, yaitu almarhum ayah Rangga sekaligus pendiri Teater Koma, N. Riantiarno. Rangga berupaya melanjutkan sebuah tradisi artistik yang ditinggalkan oleh sang ayah.“Inspirasi lain untuk naskah ini, karya-karya wayang Teater Koma dari almarhum ayah saya, N. Riantiarno, yang selalu menulis naskah sudah lengkap dengan lirik lagu yang jadi bagian dari adegan. Ini juga yang saya coba lakukan dalam naskah Mencari Semar," jelas Rangga.Pemeran Teater Koma menampilkan lakon "Mencari Semar" saat media preview di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Selasa (12/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanRangga menegaskan bahwa Mencari Semar adalah buah dari kerja kolektif. Ia memposisikan naskah yang ia tulis bukan sebagai dokumen final, melainkan sebagai pedoman utama yang terus berkembang.“Dalam produksi ini, teks dalam naskah menjadi pedoman utama. Naskah mencapai wujud akhir berkat proses berbagi ide, sumbang saran dan masukan dari rekan-rekan Teater Koma yang menjadi teman diskusi saya," tutur Rangga.Rangga secara terbuka menghaturkan terima kasih kepada tim, hingga para senior yang turut memberi masukan berharga sepanjang proses persiapan.“Terima kasih saya haturkan kepada Adri Prasetyo, Bayu Dharmawan Saleh, Sir llham Jambak, Nino Bukir, Ra Sapta Candrika, Sari Madjid dan Ratna Riantiarno," ucap Rangga.Semangat gotong royong Teater Koma melahirkan berbagai penemuan artistik dan solusi teknis. Bagi Rangga, kerja sama adalah kunci mewujudkan visi panggung yang kompleks, menyatukan elemen gerak, musik, busana, rias, teknis, cahaya, hingga multimedia.“Selama latihan, terjadi berbagai diskusi lanjutan dan penemuan-penemuan hingga mencapai bentuk pemanggungan yang tersaji sekarang ini, semuanya merupakan hasil kerja kolaboratif dari semua pihak yang terlibat," ujar Rangga.Pemeran Teater Koma menampilkan lakon "Mencari Semar" saat media preview di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Selasa (12/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanPementasan ini didukung oleh perancang gerak Ratna Ully, pengarah musik, perancang busana Rima Ananda Omar, perancang rias Sena Sukarya, pengarah teknis Tinton Prianggoro, manajemen panggung Bayu Dharmawan Saleh, perancang cahaya Fajar Okto, hingga skenografi dan multimedia Deden Bulqini.Mencari Semar berpusat pada Semar, sang bijak yang menyimpan pusaka sakti bernama Jimat Kalimasada dalam tubuhnya di masa pensiun.Seiring berjalannya waktu, Kekaisaran Nimacha menghadapi ancaman kepunahan akibat Perintah yang telah berkali-kali ditulis ulang. Lima Agen diutus untuk mencari jalan keluar.Mereka menemukan catatan sejarah tentang Kalimasada dan meyakini bahwa jimat itu mampu menulis ulang Perintah Utama. Para Agen pun ditugaskan mencari Semar dan membawanya ke Ruang Putih, ruang ilusi yang dirancang untuk menarik keluar Kalimasada.(Ki-ka) Billy Gamaliel, Program Manager Bakti Budaya Djarum Foundation; Ratna Riantiarno, Produser Mencari Semar; Rangga Riantiarno, Penulis Naskah & Sutradara Mencari Semar; Deden Bulqini, Skenografer Mencari Semar. Foto: Djarum FoundationPementasan Mencari Semar berlangsung setiap hari mulai 13 hingga 17 Agustus 2025, pukul 19.30 WIB. Dua pertunjukan khusus digelar pada hari Sabtu (16 Agustus) pukul 13.30 dan 19.30, serta Minggu (17 Agustus) pukul 13.30 WIB.Tiket sudah tersedia dan dapat diperoleh melalui situs resmi Teater Koma dan melalui platform pembelian Loket. Harga tiket bervariasi mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 850.000.