Daihatsu Rocky Hybrid resmi meluncur di GIIAS 2025 di ICE BSD, Tangerang, Kamis (24/7/2025). Foto: Sena Pratama/kumparanKompetisi hibrida di segmen small SUV kian sengit. Diawali kelahiran Suzuki Fronx dengan mengadopsi sistem mild hybrid, kemudian disusul Daihatsu Rocky yang mengadopsi hybrid seri, dan Chery Tiggo Cross CSH dengan hybrid paralel.Lantas, mana yang lebih baik? Sejatinya, ketiga teknologi hybrid ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut penjelasannya.Mild hybrid yang ada di SuzukiSuzuki menamai teknologi hybrid ringannya dengan Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS). Mudahnya, ia biasa disebut sebagai mild hybrid. Sebelum Fronx, SHVS sudah lebih dulu ditanamkan pada Suzuki Ertiga, XL7, dan Grand Vitara.Teknologi tersebut mencakup tiga komponen utama: mesin pembakaran internal K15C, Integrated Starter Generator (ISG), dan baterai lithium-ion 12 Volt 10 Ah di bawah kursi kiri depan untuk menyimpan energi listrik dari proses regenerative braking saat deselerasi. Baterai ini beda dari aki.kumparan menjajal Suzuki Fronx di kawasan Bandung. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanISG sebagai generator listrik kecil bisa dibilang 'jantung tambahan yang menggantikan motor starter dan alternator tradisional. ISG yang mendapat energi dari baterai bekerja memberikan power assist ke mesin selama beberapa detik.ISG akan menambah putaran ke mesin bukan ke roda. Sebab tidak tersambung ke sistem penggerak, sehingga tak ada feeling akselerasi instan seperti halnya kelajuan awal mobil listrik murni (EV mode).Konsep awalnya adalah meringankan kerja mesin ketika memulai bergerak dari diam, atau ketika menambah tenaga saat cruising. Sebab dalam kondisi ini, beban kerja mesin paling berat. Singkatnya konsumsi bahan bakar jadi lebih efisien ketimbang mesin pembakaran internal biasa, pada output yang sama.Hasilnya konsumsi bahan bakar bisa tereduksi ketimbang mesin yang sama tanpa teknologi tersebut.Hybrid seri di mobil DaihatsuSistem e-Smart Hybrid pada Daihatsu Rocky memiliki skema hybrid seri. Artinya, motor listrik menjadi sumber tenaga utama yang menggerakkan roda. Adapun tenaga yang dihasilkan motor penggerak Daihatsu Rocky Hybrid mencapai 104,5 dk dan torsi 170 Nm.Sementara, mesin bensin 1.200 cc 3-silinder berkode WA-VEX berperan sebagai generator untuk menyuplai energi ke motor listrik, yang secara paralel juga mengisi energi baterai lithium-ion berkapasitas 0,74 kWh, yang ada di bawah bangku baris kedua.Mobil Rocky hybrid ditampilkan saat Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di ICE BSD, Tangerang, Kamis (24/7/2025). Foto: Aditia Noviansyah/kumparanTeknologi e-Smart Hybrid pada Daihatsu Rocky juga disematkan fitur S-PDL yang memungkinkan pengemudi untuk berkendara hanya dengan pedal akselerator saja. Memberikan pengalaman berkendara ala mobil listrik murni.Lebih dari itu, ketika melaju di kecepatan rendah, sistem e-Smart Hybrid pada Daihatsu Rocky akan memadamkan mesin konvensional dan membiarkan motor listrik melajukan mobil. Ketika baterai dirasa berkurang, mesin WA-VEX akan menyala otomatis untuk mengisi baterai.Selain itu, mesin bensin juga akan aktif ketika pengemudi melakukan akselerasi, guna memastikan baterai selalu ada dalam kondisi tercukupi. Dengan kondisi itu konsumsi bahan bakar bisa tereduksi. Klaim Daihatsu dengan metode JC08 efisiensinya mencapai 34,5 km/liter, sementara WLTC 28 km/liter.Seri-paralel hybrid di mobil CheryAdalah Chery Tiggo Cross yang disuntik teknologi Chery Super Hybrid dengan kerja seri-paralel. Menggabungkan baterai LFP 1,8 kWh, motor penggerak bertenaga 201 dk dengan torsi 310 Nm, serta mesin bensin 1.498 cc, 4-silinder bertenaga 95 dk dan torsi 120 Nm.Kombinasi tersebut menghasilkan sistem penggerak yang mampu menempuh jarak 1.000 kilometer dalam satu kali pengisian bensin penuh. Chery mengeklaim sistem CSH ini punya figur kehematan BBM hingga 30,3 km/l di rute tol dan 20 km/l rute kombinasi (WLTC).Chery Tiggo Cross CSH Comfort. Foto: Fitra Andrianto/kumparanMesin bensin dan motor listrik Chery Tiggo Cross CSH bekerja secara paralel. Singkatnya operasional bisa mengandalkan motor listrik saja, mesin bensin saja, atau kombinasi keduanya. Teknologi ini memungkinkan kerja hybrid secara seri, kemudian paralel di mana mesin dan motor listrik sama-sama menggerakkan roda saat butuh tenaga besar. Ketika baterai penuh, EV mode bisa dimaksimalkan untuk akselerasi responsif dan tanpa emisi.