Bongkar Mitos dan Fakta Asupan Bayi, dari Pemberian ASI hingga Makanan Pendamping yang Tepat

Wait 5 sec.

Ilustrasi mitos dan fakta asupan bayi. (Freepik)JAKARTA - ASI merupakan sumber gizi terbaik bagi bayi, terutama pada enam bulan pertama kehidupannya. Namun, di tengah manfaat luar biasa ASI, masih banyak beredar mitos yang menyesatkan.Misalnya, anggapan ASI pertama atau kolostrum berwarna kekuningan harus dibuang karena dianggap “kotor”, atau keyakinan bayi membutuhkan tambahan air putih sejak dini.Faktanya, kolostrum justru kaya antibodi yang penting untuk daya tahan tubuh, dan bayi yang mendapat ASI eksklusif tidak memerlukan cairan tambahan karena ASI sudah mencukupi kebutuhan hidrasi. Pengetahuan yang keliru ini, jika tidak diluruskan, bisa memengaruhi kesehatan bayi secara jangka panjang.Sejalan dengan pentingnya edukasi seputar ASI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menyoroti beragam mitos terkait pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI). Salah satunya adalah kepercayaan bahwa bayi baru lahir sebaiknya diberi madu untuk meningkatkan kekebalan tubuh.“Beberapa masyarakat percaya anak baru lahir itu diolesi langit-langit mulutnya dengan madu dengan harapan meningkatkan daya tahan. Padahal, madu baru boleh diberikan pada anak di atas satu tahun karena mengandung Clostridium botulinum yang berisiko menyebabkan infant botulism,” kata dr. Winra Pratita Sp.Am M.Ked (Ped), Anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI, dalam diskusi di Jakarta, seperti dikutip ANTARA.Bakteri ini berbahaya bagi bayi di bawah satu tahun karena sistem pencernaan mereka belum sempurna. Infeksi dapat menyebabkan kelemahan otot, gangguan pernapasan, bahkan kematian jika tidak ditangani.Mitos lain yang dibantah adalah pemberian makanan padat seperti pisang pada bayi di bawah enam bulan. Sama seperti madu, makanan padat terlalu dini berisiko memicu diare, sembelit, dehidrasi, hingga gangguan tumbuh kembang."Rekomendasi kami, pemberian MPASI itu harus tepat waktu. Kalau terlalu dini, risiko infeksi dan gangguan kesehatan bayi akan meningkat,” tambah dr. Winra.Ada pula keyakinan protein hewani, termasuk hati ayam, tidak aman diberikan pada bayi di bawah satu tahun. IDAI membantah hal ini, menjelaskan protein hewani penting sejak awal MPASI untuk mencegah stunting."Hati ayam justru kaya vitamin, mineral, dan zat besi. Dalam 100 gram hati ayam terdapat 10 mg zat besi yang sangat penting untuk mencegah anemia pada bayi,” jelasnya.Selain itu, kebiasaan "memapah" atau mengunyahkan makanan sebelum diberikan pada bayi dianggap tidak higienis dan dapat menularkan bakteri. IDAI juga mengingatkan bahwa larangan memberikan makanan bertekstur sebelum tumbuh gigi adalah keliru."Pemberian MPASI justru menjadi momen emas bayi belajar mengunyah dan mengenali tekstur. Kalau terlewat, anak bisa mengalami gangguan kemampuan makan,” pungkas dr. Winra.