Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: Master1305/ShutterstockMoms, sebagai orang tua, wajar jika kita kerap khawatir dengan keamanan dan kenyamanan anak. Sebab seiring bertambahnya usia, tentu kita tidak bisa selalu mendampingi anak selama 24 jam penuh.Kekhawatiran ini bisa jadi semakin besar ketika mendengar banyaknya kabar tentang anak-anak yang menjadi korban bully di sekolah atau di lingkungan pertemanan. Belum lagi kekerasan lain yang sayangnya, justru kerap dilakukan oleh orang terdekat, yang seharusnya jadi tempat berlindung anak.Sungguh miris, karena perilaku kekerasan pada anak masih kerap ditemukan. Dampaknya bisa sangat serius bukan hanya bagi kesehatan fisik, tetapi juga bagi mental dan perkembangan emosional mereka.Jenis Kekerasan pada Anak yang Perlu DiwaspadaiIlustrasi kekerasan terhadap anak. Foto: Faisal Rahman/kumparanNah Moms, ternyata ada banyak jenis kekerasan yang bisa dialami anak, lho. Tak hanya kekerasan fisik, verbal, dan seksual, menurut WHO, ada 6 jenis kekerasan yang bisa dialami anak, yakni:Kekerasan fisikKekerasan verbal atau emosionalEksploitasi anakKekerasan seksualPengabaianEksploitasi ekonomiSetiap bentuk kekerasan ini, meski sekecil apa pun, dapat meninggalkan luka yang membekas hingga dewasa. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk peka terhadap tanda-tanda yang mungkin menunjukkan anak sedang mengalami masalah.Anak Bukan Sekadar Objek BantuanIlustrasi ibu dan anak minta maaf. Foto: Shutter StockPemerintah maupun UNICEF, sepakat bahwa yang masuk kategori anak adalah bayi hingga remaja berusia 18 tahun. Mereka bukan sekadar objek bantuan, melainkan subjek yang memiliki hak, kebutuhan, dan potensi. Anak-anak berhak didengar, dihargai, dan dilibatkan dalam hal-hal yang menyangkut kehidupan mereka.Spesialis Initiative for Children Program di Home Initiative, Rifa Rufaidah, menekankan pentingnya memperhatikan kesejahteraan anak secara menyeluruh.“Jangan lupa tentang well-being anak dan jangan lupa well-being pada kita. Jadi bukan cuma memperhatikan kenyamanan fisik dan emosional anak, tetapi juga menunjukkan perhatian, bukan intimidasi,” ujar Rifa dalam acara Welcome HOME: Lindungi Anak, Lindungi Masa Depan di Depok, Selasa (12/8).Ia juga menambahkan bahwa rasa aman dan dihargai adalah fondasi utama hubungan orang tua dan anak.“Anak perlu merasa aman, dihargai, dan nyaman saat berinteraksi dengan kita. Well-being itu bukan hanya tentang anak, tetapi semua orang yang terlibat di lingkungan anak baik itu orang tua, saudara, komunitas masyarakat, sekolah, maupun pihak lainnya.”Hak Anak yang Harus DipenuhiRifa mengingatkan bahwa anak-anak memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan didengar. Hak-hak anak meliputi hak identitas, hak perlindungan, dan hak pendidikan. Untuk mendukung hal tersebut, Home Initiative menyediakan setidaknya lima ruang bagi anak, yaitu:Ruang belajarUntuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.Ruang amanMemastikan anak terlindungi dari segala bentuk kekerasan.Ruang karakterMembentuk pribadi yang percaya diri dan berintegritas.Ruang bermainSebagai sarana rekreasi dan perkembangan sosial.Ruang kreativitasMendorong anak untuk berekspresi dan berinovasi.“Setiap anak berhak untuk terlindungi dari kekerasan, eksploitasi, pengabaian, perlakuan buruk, dan hal lainnya, baik saat kegiatan berlangsung maupun di lingkungan tempat tinggalnya,” tegas Rifa.Reporter: Sarah Tri Wulandari