Bentrokan kelompok perlawanan dengan aparat keamanan Myanmar. (Wikimedia Commons/VOA News)JAKARTA - Penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada Hari Selasa, mereka telah menemukan bukti penyiksaan sistematis oleh pasukan keamanan Myanmar dan mengidentifikasi beberapa pelaku senior.Mekanisme Investigasi Independen untuk Myanmar (IIMM), yang dibentuk pada tahun 2018 untuk menganalisis bukti pelanggaran serius hukum internasional, mengatakan para korban menjadi sasaran pemukulan, sengatan listrik, pencekikan, dan bentuk-bentuk penyiksaan lainnya seperti pencabutan kuku dengan tang."Kami telah menemukan bukti signifikan, termasuk kesaksian saksi mata, yang menunjukkan penyiksaan sistematis di fasilitas penahanan Myanmar," kata kepala tim Nicholas Koumjian dalam pernyataan yang menyertai laporan setebal 16 halaman tersebut, melansir Reuters 12 Agustus.Lebih lanjut laporan itu mengatakan, penyiksaan tersebut terkadang mengakibatkan kematian.Tak hanya itu, anak-anak, yang seringkali ditahan secara tidak sah sebagai "ganti" orang tua mereka yang hilang, termasuk di antara yang disiksa, kata laporan itu.Pemerintah yang didukung militer tersebut belum menanggapi lebih dari dua lusin permintaan informasi dari tim PBB tentang dugaan kejahatan dan permintaan akses ke negara tersebut, kata laporan PBB.Temuan dalam laporan yang mencakup periode satu tahun hingga 30 Juni tersebut didasarkan pada informasi dari lebih dari 1.300 sumber, termasuk ratusan kesaksian saksi mata serta bukti forensik, dokumen dan foto.Daftar pelaku yang telah diidentifikasi sejauh ini mencakup komandan tingkat tinggi, kata laporan itu.Juru bicara IIMM menolak menyebutkan nama mereka, dengan alasan penyelidikan masih berlangsung dan ingin menghindari pemberitahuan kepada individu-individu tersebut.Laporan tersebut juga menyatakan, pasukan keamanan Myanmar dan kelompok bersenjata oposisi telah melakukan eksekusi singkat dalam konflik tersebut, dan telah mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab.Militer mengatakan mereka memiliki kewajiban untuk memastikan perdamaian dan keamanan. Mereka membantah telah terjadi kekejaman dan menyalahkan "teroris" karena menyebabkan kerusuhan.Diketahui, Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta militer tahun 2021 terhadap pemerintahan sipil terpilih yang menjerumuskan Negeri Seribu PagodaPuluhan ribu orang telah ditahan sejak saat itu dalam upaya membungkam lawan dan merekrut tentara, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa.Pimpinan Junta Min Aung Hlaing mengakhiri keadaan darurat yang telah berlaku selama empat tahun bulan lalu, mengumumkan pembentukan pemerintahan baru, dengan dirinya sendiri sebagai penjabat presiden, menjelang pemilihan umum yang direncanakan.IIMM sedang menyelidiki pelanggaran yang berlangsung di Myanmar sejak 2011, termasuk kejahatan yang dilakukan terhadap minoritas Muslim Rohingya pada tahun 2017, ketika ratusan ribu orang terpaksa melarikan diri dari tindakan keras militer dan pelanggaran yang memengaruhi semua kelompok sejak kudeta.IIMM menyatakan bahwa mereka mendukung beberapa yurisdiksi yang menyelidiki dugaan kejahatan tersebut, seperti Inggris. Namun, IIMM menyatakan dalam laporannya, pemotongan anggaran PBB mengancam kinerjanya."Tekanan keuangan ini mengancam kemampuan Mekanisme untuk melanjutkan pekerjaan pentingnya dan untuk terus mendukung upaya keadilan internasional dan nasional," ujarnya.