Mengenal Kepribadian Avoidant: Saat Takut Ditolak Menghalangi Kehidupan Sosial

Wait 5 sec.

sumber : Gemini AI, ilustrasi orang yang mengalami gangguan mental (avoidant)Pernah nggak sih kamu merasa takut banget ditolak, sampai akhirnya memilih menjauh dari orang-orang? Kalau iya, mungkin itu hanya rasa malu biasa. Tapi kalau rasa takut ditolak ini terus-terusan bikin kamu menarik diri dari pertemanan, pekerjaan, atau bahkan keluarga, bisa jadi itu adalah tanda kepribadian avoidant, atau dalam istilah psikologi disebut Avoidant Personality Disorder (AvPD).Orang dengan kepribadian avoidant sebenarnya ingin dekat dengan orang lain, tapi rasa takut ditolak atau dianggap nggak cukup baik justru membuat mereka menghindar. Mereka sering merasa nggak mampu, terlalu sensitif sama kritik, dan akhirnya jadi cemas berlebihan kalau harus bersosialisasi. Mirisnya, banyak yang nggak sadar kalau mereka punya masalah ini, karena sudah terbiasa berpikir kalau penolakan itu sesuatu yang memang pantas mereka terima.Kepribadian avoidant biasanya mulai kelihatan sejak remaja atau awal dewasa. Ini bukan muncul tiba-tiba, tapi hasil dari campuran gen, lingkungan, dan pengalaman hidup. Misalnya, anak yang sering dikritik, diabaikan secara emosional, atau mengalami penolakan sosial, lebih rentan punya kepribadian seperti ini. Mereka tumbuh dengan keyakinan kalau diri mereka nggak cukup baik. Dari situ lahir pola pikir defensif, yang bikin mereka terus-terusan menghindari hubungan sosial supaya nggak lagi merasa sakit hati.Ciri utama AvPD adalah adanya keinginan kuat untuk dekat dengan orang lain, tapi diiringi rasa takut luar biasa bakal ditolak atau dipermalukan. Jadi beda ya sama orang yang introvert atau sekadar pemalu. Kalau introvert cuma butuh waktu sendiri untuk mengisi energi, penderita avoidant justru merasa cemas dalam hampir semua situasi sosial, bahkan sama orang-orang terdekat. Mereka bisa menolak promosi kerja karena takut gagal, nggak mau punya teman baru karena takut nggak diterima, atau menolak cinta orang lain karena merasa nggak layak dicintai. Lama-lama, ini bikin mereka makin terisolasi dan kesepian.Kabar baiknya, meski ini termasuk gangguan kepribadian, bukan berarti nggak bisa diatasi. Terapi kognitif-perilaku (CBT) terbukti cukup efektif buat membantu mereka mengenali dan mengubah pola pikir negatif. Terapinya juga biasanya bertahap, mulai dari membangun rasa percaya diri lalu pelan-pelan diajak menghadapi situasi sosial yang menakutkan dengan cara yang aman. Dukungan orang-orang terdekat juga penting banget, supaya penderita AvPD nggak merasa sendirian. Kalau perlu, dokter bisa meresepkan obat untuk mengurangi rasa cemasnya.Kepribadian avoidant sering disalahartikan cuma sebagai pemalu atau nggak percaya diri. Padahal, orang dengan AvPD ini merasakan tekanan batin yang dalam banget setiap kali harus berinteraksi sosial. Mereka sebenarnya pengen punya hubungan yang dekat dengan orang lain, tapi takut banget ditolak dan dianggap nggak layak, sampai akhirnya memilih menghindar. Ini bukan pilihan hidup, tapi kondisi psikologis yang perlu ditangani dengan serius. Dengan terapi yang tepat dan lingkungan yang suportif, mereka bisa kok belajar mengatasi ketakutan itu dan mulai membangun hubungan yang lebih sehat.Kita perlu ingat, nggak semua orang yang kelihatannya “menyendiri” itu anti-sosial atau sombong. Bisa jadi mereka sedang berjuang keras melawan rasa takut ditolak. Edukasi tentang kesehatan mental, termasuk soal gangguan kepribadian seperti ini, penting banget supaya kita nggak gampang nge-judge dan bisa lebih empati. Kalau kamu atau orang terdekatmu merasa punya tanda-tanda seperti ini, jangan ragu cari bantuan profesional. Memang butuh waktu, tapi setiap langkah kecil untuk berani terhubung lagi dengan orang lain bisa berarti banget, bahkan bisa mengubah hidup mereka sepenuhnya. Karena pada akhirnya, kita semua sama-sama butuh koneksi dan kasih sayang.