Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berpidato di depan Sidang Majelis Umum PBB ke-67 di New York, Amerika Serikat pada Selasa (25/9/2012). (REUTERS/Mike Segar) JAKARTA - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jadi Presiden Indonesia yang lihai dalam politik luar negeri. Ia aktif menebarkan pesan persahabatan. Keran kerja sama internasional banyak terjalin. Penyebaran budaya Indonesia pun ke mana-mana.Ia menjadikan tiap konferensi internasional sebagai panggungnya. Utamanya, sidang umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Ia tak pernah menyianyiakan kesempatan. Pidato terakhirnya bikin heboh. SBY bak menegaskan nasionalismenya dengan menyelipkan istilah bahasa Indonesia.Kehebatan kepala negara tak melulu diuji di dalam negeri saja. Namun, kehebatan kepala negara juga diuji dalam memainkan politik luar negeri. Semuanya karena politik luar negeri adalah panggung penting untuk mendapatkan dukungan, kerja sama, dan bantuan dari banyak negara dunia.Usaha itu kerap dimainkan oleh SBY. Presiden Indonesia era 2004-2014 itu dianggap berhasil menjaga stabilitas politik dan ekonomi dalam negeri. Suatu bekal besar bagi SBY membawa Indonesia kemudian aktif dalam percaturan politik luar negeri.Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang pernah menjabat Presiden Indonesia era 2004-2014. (ANTARA)SBY yakin politik luar negeri dapat jadi jawaban pembangunan nasional. Narasi itu juga bisa jadi bekal penting untuk menjaga perdamaian dunia sebagaimana cita-cita Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Usaha itu terlihat kala SBY aktif mendukung eksistensi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).Ia menganggap ASEAN jadi bagian penting dalam menghadapi permasalahan krusial di Asia Tenggara. SBY meyakini andil ASEAN juga dapat membawa kemakmuran bagi negara anggotanya. SBY pun turut membawa Indonesia aktif dalam politik luar negeri lebih luas.Indonesia aktif dalam forum internasional G20. SBY juga membawa Indonesia aktif terlibat dalam agenda besar PBB. Ia membawa Indonesia aktif dalam menyuarakan kemerdekaan Palestina. Belum lagi SBY menaruh perhatian penting terhadap isu pemanasan global yang kian hangat.Keaktifan itu membuat nama Indonesia harum di panggung dunia. Kerja sama antara negara banyak terjalin. Penyebaran budaya Indonesia kian masif dengan siasat soft power diplomacy.“Satu dekade masa pemerintahannya, SBY meninggalkan warisan yang positif, yakni stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan Indonesia untuk lebih aktif kembali dalam politik luar negerinya. Selama sepuluh tahun pemerintahan SBY Indonesia tidak hanya memakan peran sebagai primus inter pares (Pemimpin di antara negara yang setara) dalam ASEAN.”“Namun, juga mulai memainkan peran penting dalam organisasi dunia seperti G20 dan PBB. Indoensia mengambil posisi independen dalam persoalan-persoalan penting mulai dari konflik Suriah hingga persoalan perubahan iklim. Profil Indonesia yang bersinar menjadikan beberapa pihak mengklasifikasinya sebagai salah satu kekuatan menengah (middle power) dunia,” ungkap Indriana Kartini dalam buku Potret Politik Luar Negeri Indonesia Di Era Reformasi (2020).Pidato TerakhirPresiden SBY kerap mengistimewakan agenda sidang umum PBB di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat. Ia memilih datang kala negara lain banyak mengirim perwakilan macam wakil presiden untuk berpidato. SBY menganggap hal itu jadi momentum penting bagi Indonesia dikenal dunia.Kondisi itu diperlihatkan SBY dalam akhir masa pemerintahannya. SBY menyempatkan melangsungkan kunjungan ke luar negeri terakhirnya. Ia juga bersiap hadir dalam sidang majelis umum PBB ke-69 pada 24 September 2014. Ia mendapatkan urutan berpidato ke-14.Pidato SBY terasa spesial karena momentum itu adalah pidato terakhirnya di sidang PBB. SBY pun mencoba menceritakan pengalaman Indonesia dan ASEAN. Ia menceritakan bagaimana negara-negara Asia Tenggara bersatu menjawab tantangan masa depan seperti perubahan iklim dan jaga perdamaian.Pelajaran berharga Indonesia dan ASEAN dianggapnya bisa jadi contoh negara lainnya di seantero dunia untuk menjaga perdamaian. Narasi itu diungkapnya karena SBY kerap jadi juru runding ketika ada anggota negara ASEAN yang tengah berkonflik.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berpidato di Sidang Umum PBB 2014. (Abror Rizki/Setpres)Pidato SBY berlangsung selama 25 menit. Istimewanya ada satu bagian pidato yang sengaja diucapkan oleh SBY dengan bahasa Indonesia: di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Sisipan bahasa Indonesia yang kemudian diungkap pula dalam bahasa Inggris mendapatkan respons positif.Gemuruh tepuk tangan dari hadirin tak terhindarkan. SBY kemudian dikenang sebagai Presiden yang aktif hadir di sidang umum PBB. Penerusnya, Joko Widodo tak begitu. Pemerintah Jokowi bak tak dapat memanfaatkan momentum internasional untuk memperkuat politik luar negeri.“Mengingat semangat ini, saya percaya umat manusia dapat mengatasi tantangan perubahan iklim, menaklukkan kemiskinan dan memberantas ketidakadilan sosial, mempercepat pemulihan ekonomi global, dan menciptakan budaya damai di antara semua agama, termasuk agama-agama Ibrahim.""Saya bukanlah seorang utopis maupun idealis buta dalam memahami hubungan internasional. Tapi saya percaya bahwa dengan komitmen yang kuat dan kemauan politik, kita dapat membuat tidak mungkin menjadi mungkin,” ujar SBY dalam pidatonya sebagaimana dikutip laman detik.com sehari setelahnya, 25 September 2014.