Ilustrasi: Foto: Dok. ANTARAJAKARTA - Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Ratna Sari Loppies memastikan, impor biji gandum atau wheat grain dari Amerika Serikat (AS) tidak akan membanjiri pasar domestik. Dia bilang, selama ini penggunaan gandum dari Amerika hanya berkisar 5-10 persen dari total kebutuhan, dan volume tambahan yang direncanakan tetap berada dalam koridor proporsi yang wajar, sesuai peruntukan jenis terigunya. "Setiap asal gandum punya karakteristik dan peruntukan masing-masing dalam proses produksi terigu. Volume 1 juta ton dari AS tetap dalam batas komposisi karena sesuai kebutuhan terigu tertentu," katanya kepada VOI, Kamis, 17 Juli. Ratna menambahkan, Indonesia sejak tahun 1969 konsisten menggunakan gandum asal Negeri Paman Sam tersebut untuk memenuhi kebutuhan produksi terigu dalam negeri. Selain AS, Indonesia juga mengandalkan pasokan dari Australia dan Kanada. Masing-masing negara menyuplai jenis gandum yang spesifik sesuai kebutuhan industri. Sementara beberapa negara lain hanya melengkapi kebutuhan yang belum tercukupi dari tiga negara utama tersebut. "Hal ini telah berjalan sejak dulu. Indonesia telah menggunakan gandum dari Amerika sejak tahun 1969, dan sampai saat ini industri terigu di Indonesia masih tetap menggunakan gandum dari Amerika," pungkasnya. Asal tahu saja, Presiden AS Donald Trump mengumumkan telah mencapai kesepakatan dagang dengan Indonesia. Dalam kesepakatan tersebut, barang-barang asal Indonesia akan dikenakan tarif sebesar 19 persen, sementara ekspor dari Negeri Paman Sam tersebut ke Indonesia tidak akan dikenakan pajak.Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Trump mengatakan, Indonesia juga berkomitmen untuk berinvestasi terhadap sejumlah produk Amerika, termasuk gandum salah satunya."Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Indonesia telah berkomitmen untuk membeli 15 miliar dolar AS dalam energi AS, 4,5 miliar dolar AS dalam produk pertanian Amerika, dan 50 Jet Boeing, banyak di antaranya adalah 777," katanya.