Gitar Rotan Jadi Tugas Akhir, Aruma Lulus dengan Predikat Terbaik

Wait 5 sec.

Aruma dan Gitar Rotannya sebagai tugas akhir. Foto: Instagram/arumandsPenyanyi Aruma baru saja menorehkan prestasi di dunia pendidikan. Mahasiswi Program Studi Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) ini baru saja lulus dengan tugas akhir terbaik di angkatannya. Keberhasilannya tersebut menjadi momen yang tak terlupakan, karena Aruma menyebut ini sebagai impian seumur hidupnya."Rasanya lega dan senang sekali karena ini momen yang aku tunggu-tunggu seumur hidup, dan lulus dengan nilai terbaik di kelasku, hehe," ungkap Aruma dalam keterangan resminya.Selain meraih prestasi terbaik, pelantun Muak ini juga menuai pujian dari dosen dan teman-temannya. Aruma memang dikenal sebagai sosok yang punya dedikasi dan juga selalu totalitas dalam berkarya. “Teman-teman dan dosenku selalu percaya kalau aku punya dedikasi besar dalam tugas-tugasku, karena aku selalu berusaha bikin tugas yang terbaik,” ujarnya.Gitar Rotan Jadi Pilihannya sebagai Tugas AkhirDalam tugas akhirnya, Aruma menggabungkan tiga elemen penting, yang terdiri dari seni, desain, dan musik. Ia menciptakan sebuah alat musik, yaitu gitar. Gitar ini dirancang dengan pendekatan inovatif dan ramah lingkungan.Mengandalkan material rotan, Aruma merancang gitar berbahan dasar karuun—rotan olahan khas Indonesia yang dikenal kuat namun ringan. Lewat proyek ini, Aruma membuktikan bahwa material lokal juga mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dan berkelanjutan."Aku percaya kalau gitar dari bahan rotan karuun punya potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut dalam industri alat musik modern," katanya. Aruma dan gitar rotannya yang menjadi tugas akhir. Foto: Instagram/arumandsTak hanya estetis, karya ini juga menjadi refleksi dari pemahaman mendalam Aruma akan desain berkelanjutan dan nilai-nilai lokal yang bisa dibawa ke panggung global.Fokus utama dari proyek ini adalah membandingkan karakter akustik dari dua desain gitar yang menggunakan material yang sama namun dengan bentuk dan konstruksi yang berbeda. Pembuktian dilakukan menggunakan metode psikoakustik, yaitu dengan mengumpulkan persepsi kualitas suara dari para musisi dan sound engineer. Hasil penilaian ini kemudian divalidasi secara teknis melalui pengukuran di Laboratorium Akustik ITB dengan pendampingan dari Anugerah Sabdono, Dosen Fakultas Teknologi Industri ITB.Proses desain dan pembuatan gitar juga melibatkan dosen pembimbing (Dr. Dwinita Larasati, M.A. dan Slamet Riyadi, M.Ds.,Ph.D.) dan kolaborasi dengan para pengrajin profesional. Bagian body gitar dikerjakan oleh Krisandi, sementara bagian neck, headstock, dan bridge dibuat oleh Rikun seorang ahli pembuatan gitar dengan pengalaman panjang di bidangnya.