Emiten-Emiten yang Diprediksi Moncer Usai Trump Pangkas Tarif Jadi 19 Persen

Wait 5 sec.

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparanKesepakatan dagang antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto memangkas tarif ekspor Indonesia ke AS dari 32 persen menjadi 19 persen, membuka peluang bagi sejumlah emiten di sektor energi, pertanian, hingga ritel.Menurut pengamat pasar modal Desmond Wira, beberapa sektor dalam negeri justru berisiko tertekan akibat masuknya produk AS secara bebas, seperti elektronik. Namun, di sisi lain, sejumlah emiten berpeluang mencatat kinerja positif dari pemangkasan tarif tersebut.“Yang diuntungkan seperti sektor energi (importir minyak dan energi), sektor pertanian dan produk olahan seperti sawit, kopi, karet, perikanan, dan industri ritel. Selain itu, eksportir mineral juga diuntungkan dalam kesepakatan ini seperti tembaga, nikel, dan cobalt,” ujar Desmond kepada kumparan, Rabu (16/7).Ia menyebut, penurunan tarif dari 32 persen ke 19 persen cukup signifikan. Jika dihitung, beban tarif berkurang sekitar 40 persen. Hal ini bisa mendorong margin keuntungan dan volume ekspor, terutama untuk produk yang sensitif terhadap tarif.Namun begitu, efeknya bisa berbeda-beda tergantung struktur bisnis dan kesiapan masing-masing emiten. Di sisi lain, peluang juga terbuka dari sisi importir.Desmond menilai beberapa emiten siap memanfaatkan relaksasi tarif, seperti PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Elnusa Tbk (ELSA).“Elnusa (ELSA) bisa untung dari impor LNG/LPG AS. CPIN dan JPFA diuntungkan dari stabilitas harga soybean sebagai bahan baku. ERAA, Metrodata, DCI, dan Indointernet juga diuntungkan dari kemudahan impor elektronik,” jelasnya.Untuk sektor ritel, peluang ekspansi lini produk juga terbuka, terutama bagi pemain yang mengandalkan produk asal AS. “ERAA berpotensi lebih mudah impor elektronik dari AS. MAPI yang punya brand fashion & lifestyle kemungkinan lebih kuat dalam barang impor premium. Sementara ACES tidak terlalu terpengaruh karena lebih banyak impor dari China,” lanjut Desmond.AntisipasiNamun tak semua sektor bisa duduk tenang. Ekonom sekaligus Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai emiten komoditas unggulan seperti permesinan dan CPO perlu waspada terhadap risiko peningkatan kompetisi di pasar ekspor.“Emiten-emiten ini harus benar-benar antisipasi. Mereka harus punya mitigasi karena bisa menurunkan kapabilitas ekspor ke AS,” ucap Nafan.Ia menekankan pentingnya investor untuk memilih saham-saham yang likuid dan dikelola dengan tata kelola perusahaan yang baik.“Carilah saham yang likuid. Itu yang paling esensial. Emiten yang likuid biasanya mampu mitigasi risiko dan menjalankan prinsip good corporate governance dengan baik,” jelasnya.Beberapa saham yang disebut Nafan memiliki likuiditas baik antara lain PT Astra International Tbk (ASII), PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), dan PT Gajah Tunggal Tbk (GJCL).---Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Artikel ini bukan merupakan ajakan membeli, menahan, atau menjual instrumen investasi tertentu.