Fasilitas kesehatan di Gaza terkena serangan Israel (Sumber WAFA)JAKARTA - Krisis bahan bakar di Gaza telah mencapai titik kritis, mengancam akan menghentikan semua operasi kemanusiaan dan membahayakan nyawa semua orang yang bergantung pada bantuan di wilayah tersebut, badan-badan PBB memperingatkan dalam pernyataan bersama pada akhir pekan."Bahan bakar adalah tulang punggung kelangsungan hidup di Gaza," demikian pernyataan tersebut, dilansir dari WAFA 14 Juli."Tanpa bahan bakar, jalur kehidupan ini akan lenyap bagi 2,1 juta orang," tambahnya.Para pekerja kemanusiaan PBB menekankan, bahan bakar menggerakkan segala sesuatu mulai dari rumah sakit dan sistem air hingga toko roti dan ambulans.Tanpa pasokan yang stabil, "unit bersalin, neonatal, dan perawatan intensif akan rusak, dan ambulans tidak dapat lagi bergerak."Anak-anak Gaza mengantre makanan. (Sumber: WAFA)Kekurangan bahan bakar, kata mereka, telah menempatkan penduduk Gaza, yang sudah menghadapi kerawanan pangan yang parah dan ancaman kekerasan yang terus-menerus, di ambang bencana.Mereka memperingatkan, "tanpa bahan bakar yang memadai, badan-badan PBB yang menanggapi krisis ini kemungkinan akan terpaksa menghentikan operasi mereka sepenuhnya," yang berarti "tidak ada layanan kesehatan, tidak ada air bersih, dan tidak ada kapasitas untuk mengirimkan bantuan."Badan-badan PBB tersebut mencatat, untuk pertama kalinya dalam 130 hari, sejumlah kecil bahan bakar diizinkan masuk ke Gaza minggu ini.Meskipun disambut baik, jumlah tersebut, hanya 75.000 liter selama dua hari, masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan harian penduduk dan operasi bantuan sipil yang vital.Sebelumnya, Juru Bicara PBB Stéphane Dujarric saat berbicara di Markas Besar PBB di New York Jumat malam menggambarkan situasi secara keseluruhan sebagai "mengerikan dan semakin memburuk dari hari ke hari."Ilustrasi konvoi bantuan kemanusiaan. (Twitter/@WFP)"Setiap hari tanpa gencatan senjata mengakibatkan lebih banyak kematian yang sebenarnya dapat dicegah, anak-anak meninggal karena kesakitan, dan orang-orang yang kelaparan ditembak saat mencoba meraih bantuan yang diizinkan masuk," ujarnya.Dujarric juga menyatakan keprihatinan yang mendalam atas pembatasan akses bantuan yang terus berlanjut oleh Israel."Kemarin, tim kami dapat menyediakan sebagian bahan bakar yang masuk ke rumah sakit, tetapi hanya di selatan. Itu karena otoritas Israel menolak upaya kami untuk membawa bahan bakar ke utara," katanya."Penolakan seperti itu mengancam jiwa," tandasnya.Ia menambahkan, kekurangan bahan bakar juga berdampak pada pengolahan air, ambulans, dan pengelolaan limbah. "Semua layanan ini berisiko kolaps," ujarnya memperingatkan.Dari 15 misi kemanusiaan yang membutuhkan koordinasi dengan otoritas Israel pada hari Kamis, hanya enam yang difasilitasi sepenuhnya. Lima ditolak mentah-mentah, sementara empat menghadapi kendala yang menunda atau mencegah pengiriman.Satu misi, untuk menyelamatkan korban luka yang terjebak di bawah reruntuhan di Kota Gaza, baru disetujui dua hari setelah permintaan awal – terlalu terlambat untuk menyelamatkan nyawa."Saat misi akhirnya diizinkan masuk kemarin, tidak ada seorang pun yang ditemukan selamat," ungkap Dujarric.Selain itu, barang-barang penting seperti tenda dan material tempat tinggal telah diblokir untuk memasuki Gaza selama lebih dari empat bulan, menyebabkan ribuan orang terpapar cuaca.Badan-badan PBB menyerukan pengiriman bahan bakar yang segera dan konsisten dalam skala besar, dan akses penuh dan aman ke seluruh wilayah Gaza."Urgensi momen ini tidak dapat dilebih-lebihkan," kata mereka."Tanpa bahan bakar, Gaza menghadapi keruntuhan total upaya kemanusiaan," pungkasnya.