Bos PTPP Sebut Merger dengan WIKA Masih Diproses Danantara

Wait 5 sec.

Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) Novel Arsyad. Foto: Theresia Agatha/VOI JAKARTA - Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) Novel Arsyad mengatakan, ada sejumlah tantangan yang menyebabkan lambatnya proses merger dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Salah satu penyebab lambatnya merger adalah hasil evaluasi masing-masing perusahaan.Menurut Novel, saat ini proses merger masih diproses di Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Danantara juga telah menginstruksikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya untuk melakukan evaluasi."Masih diproses di Danantara. Danantara masih berjalan. Semua BUMN konstruksi ini diminta melakukan evaluasi kondisi perusahaannya masing-masing. Nah, nanti itu akan dengan konsultan, digabungkan, apa-apa saja yang harus dilakukan. (Intinya) masih dalam proses," ujar Novel saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 15 Juli.Novel bilang, evaluasi itu mencakup kinerja keuangan BUMN Karya, seperti utang hingga pengerjaan proyek. Menurutnya, persoalan-persoalan tersebut perlu disinkronkan untuk mengantisipasi persoalan lain."Ya, kalau saya bilang pasti, kan, perusahaan ini ada lebih dan kurangnya. Ada masalah project, segala macam, kan. Itu harus disinkronkan semuanya seperti apa, sehingga kalau misalkan A bergabung dengan B, atau B bergabung dengan C, itu berdasarkan hal-hal ditinjau oleh konsultan tadi. Banyak faktor," tutur Novel.Saat ditanyai lebih lanjut, apakah proses merger BUMN Karya tersebut bisa rampung pada tahun ini, Novel belum bisa memastikan. "Mungkin (rampung), insyaallah," pungkasnya.Sebelumnya, Kementerian BUMN menargetkan peleburan atau merger perusahaan pelat merah di sektor karya dari tujuh menjadi tiga perusahaan dapat rampung pada Maret 2025.Adapun tujuh BUMN tersebut, yakni PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero), PT PP (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) atau WIKA, PT Brantas Abipraya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) dan PT Nindya Karya (Persero).Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, rencananya Waskita Karya akan dilebur dengan Hutama Karya (HK). Nantinya, Hutama Karya yang akan menjadi induk usaha.Lalu, sambung dia, Wijaya Karya akan dilebur dengan PT PP. Sedangkan, Brantas Abipraya akan melebur dengan Adhi Karya dan PT Nindya Karya.Namun, dia bilang, khusus kedua peleburan perusahaan tersebut masih dalam kajian untuk mencari skema tepat."Integrasi karya itu sedang kami dorong awal ini yang Waskita untuk masuk di bawah HK. Nah untuk WIKA dengan PP, dan antara Adhi Karya Brantas sedang kami kaji strukturnya," ujarnya pada Jumat, 27 Desember.Namun demikian, hingga Juli 2025 ini, proses merger sejumlah BUMN Karya tersebut masih juga belum menemui titik terang.