Raya saat ditemukan oleh pegiat sosial Iin. Foto: Instagram/ @rumah_teduh_sahabat_iinKasus anak balita berusia 4 tahun, Raya, di Sukabumi yang meninggal akibat cacingan akut menjadi sorotan banyak pihak. Sebelum meninggal, dokter mengeluarkan 1 kg lebih cacing dari dalam tubuhnya. Bahkan, larva cacing sudah masuk ke paru-paru dan otaknya.Saat dibawa ke RSUD R Syamsudin SH Sukabumi, Raya sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri, dengan gejala awal demam, batuk, dan pilek. Hasil observasi mengungkapkan Raya diduga telah mengalami infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides), serta mengalami infeksi paru karena tinggal bersama ayahnya yang ternyata menderita tuberkulosis (TBC).Menurut Humas RSUD R Syamsudin SH Sukabumi, Irfan Nugraha, kasus cacingan yang dialami Raya tidak biasa. Sebab, cacing-cacing yang ditemukan di tubuh Raya sudah berukuran besar.Selama 9 hari menjalani perawatan di ruang PICU, Raya meninggal pada 22 Juli 2025.Cacingan Bukan Masalah Sepele! Ini DampaknyaIkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti kasus Raya yang sampai kehilangan nyawa karena tidak mendapat penanganan dengan cepat. Ketua PP IDAI, Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K), mengingatkan kasus ini bisa menjadi pelajaran bersama: Cacingan atau kecacingan pada anak tidak boleh dianggap sepele.Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) - Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) Foto: Nabila Fatiara/kumparan"Masalah kecacingan sering dianggap biasa, penyakit cacingan saja. Tetapi dengan adanya kasus di Sukabumi ini, maka kita tersadarkan bahwa masalah kecacingan bukan masalah yang biasa-biasa aja, tapi masalah kesehatan serius dan bahkan merampas masa depan anak," ujar dr. Piprim dalam webinar ‘Dampak Cacingan pada Anak’ yang diselenggarakan IDAI, Jumat (22/8).dr. Piprim menjelaskan, kecacingan biasa disebut juga neglected tropical disease alias penyakit yang banyak terjadi di daerah tropis namun sering terabaikan. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan lebih dari 1,5 miliar orang di dunia terinfeksi penyakit ini. Dan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan.Bahaya kecacingan pada anak bukan sekadar kehilangan nafsu makan, tetapi juga bisa dampaknya dapat mengganggu tumbuh kembang anak, seperti penurunan fungsi kognitif dan produktivitas."Ada parasit di dalam tubuh seorang anak atau balita yang mencuri nutrisi dari anak-anak itu. Dan tentu saja sangat merugikan masa depannya, apalagi kalau terjadi di 1.000 hari pertama kehidupan," tuturnya.Di kesempatan yang sama, anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI, DR. Dr. Riyadi, SpA, Subs IPT(K), MKes, menyebut dampak cacingan memang akan begitu signifikan pada anak-anak, karena mereka masih dalam fase pertumbuhan. Bila kecacingan berlangsung lama dan tidak mendapat pengobatan, maka akan sangat berbahaya pada kesehatannya.Masing-masing jenis cacing juga memiliki reaksi yang berbeda-beda bila sudah menginfeksi tubuh seseorang. Misalnya, cacing tambang (Ancylostoma duodenale) yang dapat menurunkan daya tahan tubuh dan mengurangi produktivitas anak.Kemudian cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang dapat menyebabkan intoleransi laktosa, malabsorbsi vitamin A, dan mikronutrisi. Pada anak dengan infeksi kronis, bisa menyebabkan kegagalan pertumbuhan akibat penurunan nafsu makan, serta terganggunya proses pencernaan dan malabsorbsi."Kalau anak sampai meninggal, ada faktor lain, misalnya terkena penyakit lain yang menyebabkan hal fatal. Karena berlangsung kronis, bisa menjadi stunting. Stunting selain penyebabnya gizi kurang, tapi juga penyakit kronis salah satunya kecacingan," jelas Dr. Riyadi.Ilustrasi anak sakit perut. Foto: ShutterstockBagaimana dengan kasus Raya yang tubuhnya sudah sampai mengeluarkan cacing, bahkan berukuran besar? Menurut Dr. Riyadi, keluarnya cacing dari tubuh bukan menandakan keganasan cacing, namun itu berarti jumlah cacing yang sudah berkembang biak begitu banyak."Tapi bukan berarti kalau sudah keluar sudah sangat mematikan, itu berbeda. Yang terjadi, kalau masuk ke area yang bermasalah, misal usus jadi pecah dan sulit BAB itu masalah. Repotnya lagi karena cacing bermigrasi ke mana-mana, bisa membawa kuman lain. Jadi kayak 'kendaraan' membawa kuman ke organ lain," tutur dia.Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran orang tua untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat bila si kecil menunjukkan gejala cacingan, seperti nafsu makan menurun, berat badan stagnan atau bahkan turun, perut kembung dan nyeri, hingga terlihat lesu dan pucat.Sebab, obat cacingan lebih banyak tersedia di puskesmas dan tidak semua rumah sakit memilikinya. Untuk anak-anak, Dr. Riyadi mengingatkan ada dosis tersendiri yang diberikan, sehingga sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter. Program pemberian obat cacing oleh pemerintah pun dikondisikan sesuai prevalensi kasus kecacingan di tiap-tiap daerah."Kalau bicara program, ada perlindungan total semua anak harus mengikuti pemberian obat massal, dengan catatan kejadiannya lebih dari 20 persen positif. Kalau di bawah 20 persen, hanya diberikan bagi yang bergejala," pungkasnya.