Ilustrasi infeksi amoeba (Foto: Freepik/kjpargeter)JAKARTA - Seorang bocah perempuan berusia 9 tahun dari Thamarassery, Kerala, India, meninggal dunia akibat infeksi langka namun sangat berbahaya yang disebabkan oleh Naegleria fowleri, atau yang sering disebut amoeba pemakan otak.Menurut laporan otoritas kesehatan, bocah itu dirawat di rumah sakit pada 13 Agustus setelah mengalami demam. Kondisinya memburuk dengan cepat sehingga ia dipindahkan ke Rumah Sakit Pemerintah Kozhikode pada 14 Agustus, namun meninggal di hari yang sama. Hasil tes memastikan ia terinfeksi Primary Amoebic Meningoencephalitis (PAM), yaitu infeksi otak yang disebabkan oleh amoeba tersebut.“Ini adalah kasus keempat yang dilaporkan tahun ini di distrik Kozhikode. Saat ini, seorang bayi tiga bulan dan seorang pasien lain masih dirawat dengan infeksi yang sama,” kata seorang pejabat kesehatan Kerala berdasarkan laporan setempat, dikutip dari laman Times of India.Bagaimana Amoeba Pemakan Otak Menyebabkan Kematian?Naegleria fowleri adalah amoeba mikroskopis yang hidup di air tawar hangat seperti kolam, danau, atau sungai. Infeksi terjadi ketika air yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung, misalnya saat berenang atau mandi.Dari hidung, amoeba ini bergerak melalui saraf penciuman menuju otak. Begitu mencapai otak, ia menghancurkan jaringan otak dan memicu pembengkakan parah. Kerusakan jaringan otak inilah yang membuat penyakit ini hampir selalu berakibat fatal.“Setelah masuk melalui hidung, N. fowleri melakukan perjalanan ke otak melalui saraf penciuman, menghancurkan jaringan otak dan menyebabkan pembengkakan," jelas Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).Gejala yang Sulit Dikenali Sejak AwalInfeksi amoeba pemakan otak sangat berbahaya karena gejala awalnya mirip dengan penyakit lain. Biasanya, gejala muncul dalam waktu 3–7 hari setelah terinfeksi, berupa demam, sakit kepala, muntah, halusinasi, kebingungan, kejang, dan perubahan indera penciuman atau rasa.Karena sulit dideteksi sejak dini, penyakit berkembang dengan cepat. Menurut CDC, kematian biasanya terjadi dalam 5 hari (rentang 1 hingga 18 hari) sejak gejala pertama muncul. Itulah mengapa meski kasusnya jarang, angka kematian akibat PAM mencapai hampir 97 persen di seluruh dunia.Sejak 2023, Kerala mencatat peningkatan kasus signifikan. Bila dalam periode 2016–2022 hanya ada 8 kasus, pada tahun 2023 saja terdapat 36 infeksi dan 9 kematian. Hingga kini, hampir semua kasus di India berakhir dengan kematian, kecuali satu remaja 14 tahun di Kozhikode yang berhasil selamat pada Juli 2024. Dia menjadi pasien pertama di India yang bertahan hidup dari penyakit ini.Otoritas kesehatan Kerala mengimbau masyarakat untuk waspada, terutama saat musim hujan. Beberapa langkah pencegahan yang disarankan:- Hindari berenang di air tawar hangat yang tergenang.- Gunakan air bersih, disaring, atau disterilisasi saat membersihkan hidung atau melakukan irigasi sinus.- Jangan biarkan air masuk ke hidung saat mandi di sumber air terbuka.Penyelidikan masih dilakukan untuk melacak sumber air tercemar yang mungkin menjadi penyebab kasus terbaru ini.