Pelestarian Angklung Jadi Jembatan Budaya Indonesia di Australia

Wait 5 sec.

Komunitas Seni dan Budaya asal Bandung Tim Muhibah Angklung (TMA) memperkenalkan angklung dalam rangkaian tur budaya di Australia. (ANTARA)JAKARTA - Pelestarian budaya tidak hanya dilakukan di dalam negeri, tetapi juga melalui diplomasi seni ke mancanegara. Salah satu instrumen tradisional yang terus digelorakan adalah angklung, warisan dunia dari Indonesia yang diakui UNESCO.Dalam berbagai kesempatan, angklung kerap dipentaskan untuk memperkuat identitas sekaligus mengenalkan nilai harmoni kepada masyarakat global. Pada misi tersebut, Komunitas Seni dan Budaya asal Bandung Tim Muhibah Angklung (TMA) kembali memperkenalkan angklung melalui rangkaian tur budaya di Australia.“Penampilan ini membuktikan bahwa angklung adalah bahasa universal yang bisa dipahami siapa pun. Lebih dari sekadar musik, angklung juga menjadi alat untuk diplomasi budaya yang menghubungkan bangsa-bangsa melalui harmoni,” kata Maulana Muhammad Syuhada, Founder sekaligus Pembina Tim Muhibah Angklung, seperti dikutip ANTARA.TMA tampil di Taronga Zoo Sydney, salah satu ikon wisata utama kota tersebut, yang memiliki area bertema Indonesia bernama Tiger Trek. Pertunjukan angklung ini memberi warna budaya di tengah suasana konservasi alam.Direktur Taronga Zoo Nick Boyle mengapresiasi penampilan tersebut dan menyampaikan kebanggaannya bisa menjalin kerja sama dengan Indonesia, seraya berharap hubungan kedua negara dapat semakin erat.Dalam konser tersebut, TMA membawakan berbagai lagu daerah seperti Lalayaran (Sunda), Jali-Jali (Betawi), Yamko Rambe Yamko (Papua), hingga Badindin (Sumatra Barat). Suasana semakin meriah ketika mereka memainkan repertoar internasional, mulai dari Pompeii (Bastille), Mamma Mia (ABBA), hingga menutup dengan Libiamo ne’ lieti calici (La Traviata).Sebelumnya, TMA juga mencatat sejarah dengan menggelar flashmob angklung pertama di Australian Museum, Sydney museum tertua sekaligus salah satu yang terbesar di Australia dengan lebih dari 21 juta koleksi.Flashmob ini kemudian berlanjut menjadi mini konser, yang menampilkan lagu daerah seperti Lalayaran, Janger, dan Badindin, serta lagu internasional. Pertunjukan turut diperkaya dengan kolaborasi tari tradisional yang menambah nuansa kebersamaan.CEO Australian Museum Kim McKay berharap pertukaran budaya seperti ini dapat mempererat hubungan Indonesia dan Australia.Konsul Jenderal Republik Indonesia di Sydney, Pendekar Muda Leonard Sondakh, menegaskan pentingnya penampilan ini sebagai refleksi komitmen diplomasi.“Pertunjukan ini bukan hanya penampilan artistik, itu adalah refleksi dari standar komitmen kami untuk merawat kenetralan, kemengertian, dan kehormatan di antara dua negara ini,” ujarnya.Kehadiran Tim Muhibah Angklung di Sydney merupakan bagian dari misi budaya di Australia yang berlangsung 19 Agustus–8 September 2025. Agenda ini mencakup konser, workshop, hingga partisipasi di berbagai kegiatan internasional di Brisbane, Sydney, Melbourne, dan Canberra.Sebelumnya, TMA juga tampil di Pesta Rakyat Brisbane, festival tahunan terbesar komunitas Indonesia di Queensland, yang tahun ini dihadiri lebih dari 2.000 penonton.