Ilustrasi anak campak. Foto: Shutter StockCampak kini menjadi penyakit yang patut diwaspadai penyebarannya di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga Agustus 2025, tercatat sudah terdeteksi 23.128 kasus suspek campak di Indonesia, dan 3.444 di antaranya dinyatakan positif campak.Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Dr. Prima Yosephine, MKM, mengungkapkan setidaknya telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) campak di 42 kabupaten/kota di 14 provinsi per 24 Agustus 2025.Kasus terbanyak terjadi di Sumenep (Jawa Timur) dengan 2.139 kasus, diikuti Kota Medan (Sumatera Utara) 351 kasus, dan Deli Serdang (154 kasus). Ini merupakan data kumulatif yang dikumpulkan sejak awal tahun 2025 ya, Moms."Untuk yang Sumenep, sampai 24 Agustus kemarin ada total jumlah suspek campak yang ditemui 2.139 kasus [suspek], yang positif ada 205 kasus dengan kematian 17. CFR (case fatality rate) 0,79 persen," tutur Dr. Prima dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan Kemenkes, Selasa (26/8).Salah satu penyebab naiknya lagi kasus campak di Indonesia adalah pemberian imunisasi yang semakin menurun. Ya Moms, data Kemenkes mengungkapkan cakupan imunisasi campak-rubella di Indonesia mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, yaitu sepanjang tahun 2022-2024."Capaian kita, tiga tahun terakhir agak menurun. Jadi memang sudah ada penurunan dari perlindungan di masyarakat terhadap campak. Lalu, campak rubella imunisasi kedua lebih rendah dari yang pertama. Sehingga, perlindungan optimal setiap anak tidak adekuat untuk melindungi diri dari penyakit campak," tutur Dr. Prima.Berikut data capaian imunisasi campak-rubella dosis 1 dan 2 pada bayi dan baduta (bawah dua tahun) sepanjang tahun 2022-2025, dengan target minimal cakupannya 95 persen demi tercapainya herd immunity:Tahun 2022: 102,2 persen (dosis 1), 97,8 persen (dosis 2)Tahun 2023: 95,4 persen (dosis 1), 86,6 persen (dosis 2)Tahun 2024: 92 persen (dosis 1), 82,3 persen (dosis 2)Tahun 2025*: 45,1 persen (dosis 1), 43,2 persen (dosis 2)*data per 24 Agustus 2025Karena semakin menurunnya cakupan imunisasi campak rubella dalam tiga tahun terakhir, KLB pun tidak dapat dihindari di beberapa daerah, salah satunya Sumenep.Kemenkes Ingatkan Penularan Campak yang Cepat, Jangan Khawatir Bawa Anak Imunisasi!Ilustrasi imunisasi anak. Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTOMenurunnya cakupan imunisasi campak menjadi pengingat bagi orang tua untuk segera melengkapi vaksinasi anak-anaknya, termasuk imunisasi MR untuk mencegah campak dan rubella. Dr. Prima menegaskan, campak merupakan penyakit yang berbahaya dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada anak, khususnya bila tidak mendapatkan perlindungan lewat imunisasi."Campak adalah penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan kematian, dan penyakit ini sangat menular, lebih cepat dari COVID-19. Sangat-sangat menular. Tapi campak bisa dicegah dan pencegahannya hanya melalui pemberian imunisasi," ungkap Dr. Prima.Imunisasi MR sendiri telah dimasukkan sebagai satu dari 14 jenis imunisasi nasional sebanyak dua dosis, yaitu pada usia 9 dan 18 bulan, serta booster pada usia kelas 1 SD."Imunisasi harus diberikan tepat waktu, karena usia 9 bulan menurut studi, kekebalan yang diperoleh anak dari ibunya sudah menurun. Sehingga, perlu diberikan imunisasi agar secara aktif anak dapat membentuk antibodi," kata Dr. Prima.Untuk mencegah penyebaran wabah campak yang lebih meluas, Dr. Prima mengingatkan orang tua untuk segera melengkapi imunisasi anak. Termasuk bila Anda belum pernah sama sekali membawa si kecil untuk imunisasi MR."Kami berharap tidak menunda atau tidak takut imunisasi. Yakin vaksin yang kita berikan aman, bermutu, dan gratis. Karena semua ditanggungjawabi pemerintah, semata untuk melindungi anak-anak kita dari penyakit komplikasi serius dan kematian. Tidak hanya vaksin campak, semua vaksin dalam program imunisasi pemerintah aman, karena sudah memiliki izin edar dari BPOM," tegasnya.Dan terakhir, Dr. Prima berpesan agar orang tua tidak langsung mempercayai berita-berita negatif tentang imunisasi. Carilah informasi dari berbagai sumber yang valid dan dapat dipercaya, agar tidak membahayakan kesehatan anak-anak kita sekarang dan di masa yang akan datang.