Kereta cepat Jakarta-Bandung, Whoosh. Foto: Dok. PT KCICUtang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh kembali menjadi sorotan, setelah ada wacana akan direstrukturisasi karena terus membebani keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI).Bahkan, Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, menganalogikan utang operator Whoosh, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), sebagai bom waktu bagi keuangan KAI.“Kami yakin dalam satu minggu ke depan, kami bisa memahami semua kendala-kendala, permasalahan-permasalahan yang ada di dalam KAI ini," ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (20/8)."Terutama kami dalami juga masalah KCIC yang seperti yang disampaikan tadi, memang ini bom waktu,” tegas Bobby.Dengan demikian, Bobby mengusulkan agar utang Whoosh bisa direstrukturisasi. Nantinya, hal ini juga akan dikoordinasikan dengan Danantara."Terakhir adalah usulan restrukturisasi PSN Kereta Cepat Jakarta-Bandung," jelasnya.Pada kesempatan tersebut, Anggota Komisi VI Fraksi PDI Perjuangan, Darmadi Durianto, menyoroti utang besar yang ditanggung KAI dalam dua tahun terakhir akibat proyek KCIC.“Saya melihat ada utang yang begitu besar yang harus ditanggung kereta api dalam proyek KCIC. Bapak pegang saham PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) 58 persen lebih. PSBI kuasa 60 persen, China 40 persen. Itu kalau dihitung 2025 itu bisa beban keuangan dan dari kerugian KCIC bisa capai Rp 4 triliun lebih,” ungkapnya.PSBI merupakan perusahaan patungan yang didirikan oleh konsorsium PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN). PSBI tercatat memiliki 60 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku pengelola Whoosh.Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI , Bobby Rasyidin. Foto: Youtube/ TVR ParlemenDanantara Cari Solusi Utang WhooshRestrukturisasi utang proyek Whoosh juga sudah digaungkan CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani. Dia mengaku tengah mengevaluasi secara menyeluruh skema penyelesaian utang Whoosh.Menurut dia, Danantara ingin memastikan setiap aksi korporasi yang dilakukan bersifat menyelesaikan masalah secara permanen, bukan sekadar menundanya."Ya sama juga kita sedang evaluasi ini, dan kita mau memastikan supaya ini bisa. Kalau kita melakukan suatu corporate action itu tuntas gitu ya. Jadi bukan hanya sifatnya menunda masalah gitu,” kata Rosan di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (5/8).Sementara itu, COO Danantara, Dony Oskaria, menyebut Danantara bakal memasukkan penyelesaian proyek Whoosh ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Danantara tahun ini.“Sedang kami lakukan penjajakan. Tentu akan kami bereskan proses itu sebagaimana kemarin kan juga Direktur Utama PT KAI juga sudah menyampaikan di DPR ya. Nanti akan kami selesaikan segera, nanti masuk di dalam RKAP kami tahun ini,” ujar Dony, dikutip dari Antara, Jumat (22/8).KCJB yang merupakan proyek strategis nasional (PSN) ini menjadi sorotan karena beban utang yang harus ditanggung oleh PT KAI. Perusahaan pelat merah itu mendapat beban utang Rp 6,9 triliun dari China Bank Development (CDB) untuk pembayaran pembengkakan biaya proyek Whoosh.Total biaya proyek mencapai USD 7,27 miliar atau sekitar Rp 118,9 triliun, termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) senilai USD 1,2 miliar atau Rp 18,2 triliun.