Pertamina Bakal Replikasi Produksi Bioavtur di Kilang Balongan dan Dumai

Wait 5 sec.

Peninjuan produksi bioavtur dari minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) atau dikenal dengan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Refinery Unit IV Pertamina, Cilacap, Jawa Tengah pada Rabu (27/8/2025). Foto: Argya Maheswara/kumparanPertamina akan melakukan perluasan produksi bioavtur dari minyak jelantah atau (Used Cooking Oil/UCO) atau dikenal dengan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF). Langkah ini dilakukan dengan melakukan replikasi produksi di beberapa kilang.Saat ini, SAF baru diproduksi di kilang Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Direktur Operasional Kilang Pertamina Internasional (KPI) Didik Bahagia menuturkan nantinya produksi juga akan dilakukan di kilang RU VI Balongan dan kilang RU II Dumai.“Di Balongan, di Dumai dan juga di Balikpapan harapannya di tahun 2026 semester II, kita bisa memproduksi itu,” kata Didik di Refinery Unit IV Pertamina, Cilacap, Jawa Tengah pada Rabu (27/8).Dengan replikasi yang dilakukan, Didik berharap jumlah SAF yang diproduksi juga dapat memenuhi kebutuhan penerbangan domestik.“Dengan begitu, kita akan bisa menyerap UCO atau minyak jelantah kurang lebih 38 ribu kiloliter per tahun, dan produksi SAF tiga persen sekitar 1.236.000 kiloliter per tahun. Insyaallah ini bisa mencukupi kebutuhan seluruh penerbangan domestik,” ujarnya.Saat ini, SAF diproduksi di unit Treated Distillate Hydrotreating (TDHT) Kilang Pertamina Cilacap yang memiliki kapasitas 8.700 barel per hari. Nantinya, baik kilang RU VI Balongan dan kilang RU II Dumai ditarget dapat memiliki kapasitas produksi masing-masing 8.000 barel per hari.Peninjuan produksi bioavtur dari minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) atau dikenal dengan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Refinery Unit IV Pertamina, Cilacap, Jawa Tengah pada Rabu (27/8/2025). Foto: Argya Maheswara/kumparanMenambahkan itu, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menuturkan selain untuk memenuhi kebutuhan bagi penerbangan domestik, SAF Pertamina juga ditarget bisa diekspor dan digunakan maskapai internasional.“Ya memang targetnya kan yang peraturan internasional yang akan mandatori penggunaan SAF ini kan memang penerbangan internasional. Jadi targetnya tentu tadi selain untuk maskapai kita sendiri, kita juga targetnya untuk ekspor,” kata Fadjar.Terkait pasokan UCO atau minyak jelantah, Fadjar juga mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi. Hal ini karena pemenuhan dari industri belum bisa maksimal.Peninjuan produksi bioavtur dari minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) atau dikenal dengan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Refinery Unit IV Pertamina, Cilacap, Jawa Tengah pada Rabu (27/8/2025). Foto: Argya Maheswara/kumparan“Jadi masyarakat kalau mau menjual minyak jelantahnya, bisa mendatangi beberapa titik pemkoleksian di beberapa (SPBU) kita. Itu rata-rata Rp 5.000 sampai Rp 5.500 per liternya. Jadi silakan masyarakat yang mau menjual UCO-nya,” ujarnya.Sebelumnya, SAF sudah digunakan pada penerbangan komersial yang dioperasikan Pelita Air dengan rute Jakarta–Bali ini lepas landas pada Rabu (20/8) dari Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta.