Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu (tengah) didampingi Pj Sekda Yakob Kareth di Kota Sorong, Rabu (27/8/2025) malam. ANTARAJAKARTA - Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu mengajak seluruh komponen masyarakat untuk terlibat aktif menciptakan suasana yang kondusif dan damai di Kota Sorong. Imbauan ini menyusul aksi massa menolak pemindahan empat tahanan politik (tapol) dari Sorong ke Makassar berujung rusuh pada Rabu 27 Agustus. "Saya mengimbau supaya masyarakat melalukan pendekatan keluarga dan meminta anak-anak mereka untuk menghentikan aksi brutal ini," kata Elisa Kambu di Sorong, Kamis, disitat Antara. Gubernur memandang perlu adanya keterlibatan aktif dari keluarga-keluarga untuk mengendalikan putra-putri mereka agar tidak ikut-ikutan melakukan perusakan fasilitas umum milik pemerintah. Meski pihak Kepolisian bersama TNI sudah mengambil langkah preventif untuk meredam situasi keamanan di Kota Sorong, namun perlu ada keterlibatan para tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama maupun para pemangku kepentingan lainnya dalam membangun suasana damai dan tenteram di Kota Sorong. Tindakan anarkis yang dilakukan sekelompok orang di Kota Sorong pada Rabu 27 Agustus dini hari hingga siang hari, kata Gubernur, sangat mengganggu kehidupan dan kenyamanan banyak orang di daerah itu. "Ini sangat mengganggu aktivitas ekonomi, aktivitas sosial lain, anak-anak yang pergi sekolah, petugas kesehatan yang memberikan layanan pun terhambat," bebernya. Mantan Bupati Asmat dua periode itu menilai aksi brutal yang dilakukan oleh simpatisan empat tahanan politik yang berujung pada perusakan fasilitas umum, termasuk rumah kediaman Gubernur Papua Barat Daya murni merupakan tindakan kriminal. "Pertama kita merasa prihatin, karena hal di luar dugaan kita bisa terjadi di Kota Sorong," ucapnya. Tidak hanya melakukan penghadangan kepada petugas yang hendak membawa empat tahanan politik dari Kantor Kejaksaan Negeri Sorong menuju Bandara Domine Eduard Osok untuk diterbangkan ke Makassar, massa pendukung juga melakukan serangkaian aksi perusakan berbagai fasilitas umum termasuk Kantor Wali Kota Sorong dan Kantor Gubernur Papua Barat Daya serta rumah kediaman Gubernur Papua Barat Daya. Gubernur Kambu mengaku kaget lantaran para pelaku tindak anarkis juga menyerang rumah kediamannya hingga mengakibatkan kaca rumah dan mobil dinas yang tengah parkir mengalami kerusakan. "Tadi padi saya kaget, saya belum mengetahui informasinya seperti apa. Beruntung saya sudah siap dan hendak mau pergi ke kantor. Saat itulah peristiwa itu terjadi," tuturnya. Gubernur juga mengimbau masyarakat agar tidak terpancing dan terprovokasi dengan berbagai isu menyesatkan. Justru sebaliknya, masyarakat diminta percaya kepada aparat keamanan dalam menangani situasi ini. Meski terjadi kerusuhan, aktivitas pemerintahan di Kantor Gubernur Papua Barat Daya maupun Kantor Wali Kota Sorong tetap berlangsung normal. Gubernur Kambu memastikan bahwa roda pemerintahan tetap berjalan seperti biasa. "Kita akan tetap bekerja seperti biasa. Kita tidak boleh main hakim sendiri, percayakan kepada pihak berwajib," ujarnya. Pihak kepolisian telah menangkap 10 orang yang diduga sebagai provokator dan pelaku anarkis di Kota Sorong pada Rabu 27 Agustus. Aksi brutal ini berawal dari Kantor Kejari Sorong saat memindahkan empat tahanan politik kasus dugaan makar yang merupakan anggota Negara Federal Republik Papua Barat (NFRPB) ke Makassar. Keempat tahanan tersebut yakni AAG, NM, MS, dan PR.