Jaguar dari Asia: Kisah Yayuk Basuki Jadi Ratu Tenis Indonesia

Wait 5 sec.

Yayuk Basuki saat bertanding melawan Monica Seles dari Amerika Serikat pada kejuaraan Wimbledon 1998. (AFP/PASCAL PAVANI)JAKARTA – Di Indonesia, tenis memang terkenal anak bawang dibandingkan dengan bulu tangkis. Tenis dianggap olahraga kalangan terbatas, sedang bulu tangkis olahraga merakyat. Kondisi itu membuat prestasi tenis Indonesia jalan di tempat, sedang bulu tangkis mentereng.Tiada atlet tenis yang bisa menembus kejuaraan terkemuka dunia. Semuanya berubah kala Nani Rahayu atau Yayuk Basuki hadir. Yayuk menaikkan martabat tenis Indonesia. Semangatnya tiada dua. Ia mampu bersinar di dalam negeri, Asia, hingga dunia. Ia pun dijuluki sebagai Ratu Tenis Indonesia.Popularitas olahraga bulu tangkis di Indonesia tiada dua. Olahraga itu sudah populer sejak Indonesia merdeka. Konon tiap kampung di berbagai daerah punya minimal satu lapangan bulu tangkis. Narasi itu kian kuat kala regu putra Indonesia membawa pulang Piala Thomas pada 1958.Bulu tangkis jadi olahraga merakyat. Kondisi yang berbeda hadir dalam cabang olahraga tenis. Indonesia masih dipandang sebagai anak bawang dalam peta tenis dunia. Tiada atlet tenis yang benar-benar menonjol. Apalagi, sampai menembus kejuaraan dunia macam Wimbledon hingga Prancis Terbuka (Roland Garros).Semuanya berubah kala Yayuk Basuki hadir. Wanita kelahiran Yogyakarta, 30 November 1970 itu jadi penanda awal eksistensi tenis Indonesia mendunia. Namun, bukan berarti bakat Yayuk itu hadir dengan sendirinya.Petenis kebanggaan Indonesia, Yayuk Basuki. (ANTARA)Yayuk jadi salah satu orang yang beruntung memiliki ayah, Budi Basuki. Ayahnya dikenal sebagai polisi yang cinta tenis. Kecintaan itu membuat Budi kerap mengajak Yayuk sedari usia lima tahun bermain di lapangan tenis.Yayuk mulanya tak langsung pegang raket. Anak kecil itu memungut bola setelah ayahnya selesai bermain. Belakangan Yayuk mulai bermain tenis. Bakatnya menonjol. Sekalipun awalnya Yayuk sempat tertarik dengan bulu tangkis.Yayuk mulai keranjingan ikut kompetisi dan menang. Kemudian, ia dilirik untuk masuk Pusat Pelatihan Nasional (Pelatnas) tenis di Ragunan dan berhasil mengorbitkan dirinya selangkah lebih maju.“Yayuk, yang sempat tertarik menjadi pemain bulu tangkis, akhirnya memilih tenis sebagai jalan hidupnya. Sejak ia menjuarai Paku Alam Cup di Yogyakarta-sebuah pertandingan tenis tingkat provinsi dalam usia delapan tahun, prestasi bungsu dari lima bersaudara ini terus menanjak. la kemudian mewakili Yogya dalam PON tahun 1981.”“Pelatih tenis nasional waktu itu, Mien Gondowidjojo, kemudian memintanya masuk ke Pelatnas di Ragunan, Jakarta. Di Ragunan itulah Yayuk lulus SMA tahun 1989. Di Pelatnas Ragunan pula ia bertemu dengan Suharyadi, yang kemudian menikahinya pada 1993. Kini Suharyadi, atau biasa dipanggil Hery, selain mendampinginya sebagai suami, juga bertindak sebagai pelatihnya,” ungkap Rustam F. Mandayun dan Andari Karina Anom majalah Tempo berjudul Sayonara dari Yayuk Basuki (1999).Ratu Tenis IndonesiaJam terbang Yayuk ikut kompetisi tenis kian tinggi. Ia mampu menunjukkan dominasinya dalam turnamen tingkat nasional, Asia Tenggara, hingga Asia. Kondisi itu membuat dunia Yayuk berkutat keras dengan tenis dan segala macamnya.Ia tak bisa mengembangkan keterampilan lain. Ia harus fokus mengikuti kompetisi. Lomba dari satu negara ke negara lainnya. Bahkan, Yayuk sempat berkelana di luar negeri, paling tidak 10 bulan dalam setahun. Hasilnya, nama Yayuk kian harum. Ia bak menamatkan gelaran Asian Games.Ia pernah membawa pulang satu emas pada nomor ganda putri di Asian Games 1986 Seoul. Ia juga menyumbangkan dua emas (masing-masing dari ganda putri dan campuran) pada Asian Games 1990 Beijing. Ia meraih emas terakhirnya di nomor tunggal putri di Asian Games 1998 di Bangkok.Prestasi lainnya tak kalah menarik. Ia tercatat jadi atlet tenis Indonesia yang banyak menembus kejuaraan terkemuka dunia macam Wimbledon. Ia pernah mengalahkan enam dari 10 petenis top dunia kala itu. Ia sampai meraih peringkat tertinggi urutan 19 dunia.Prestasi itu membuatnya mendapatkan julukan di dunia tenis sebagai Jaguar dari Asia. Sedang di Indonesia sendiri Yayuk dijuluki sebagai Ratu Tenis Indonesia.Yayuk Basuki pun sempat mengutarakan keinginan dan pensiun berkali-kali. Namun, ia berkali-kali kembali ke dunia tenis profesional hingga 2014 ia masuk ke gelanggang politik sebagai wakil rakyat.“Karier profesionalnya terus mencorong. Dia wanita Indonesia pertama yang masuk Eight Club, lembaga alumni delapan besar turnamen Wimbledon. Bersamanya petenis wanita dunia papan atas seperti Martina Hingis, Steffi Graf, Monica Seles, dan Gabriela Sabatini. Dari Asia, selain Yayuk hanya Kimiko Date dari Jepang.”“Salah satu capaian puncaknya adalah menembus babak final di turnamen Birmingham, Juni 1997. Prestasi tertingginya di ajang grand slam: masuk perempat final dalam pentas Wimbledon, yaitu hingga peringkat 19 Asosiasi Tenis Wanita (WTA). Sepanjang kariernya, Yayuk berhasil memperoleh enam gelar tunggal dan sembilan gelar ganda tur WTA. Dia pensiun dari karier profesional pada 2004 (kemudian kembali lagi 2008),” ujar Harun Mahbub dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Catatan Prestasi Jaguar Asia (2009).