Korban Tewas Akibat Kelaparan di Jalur Gaza Terus Bertambah

Wait 5 sec.

Ilustrasi pembagian makanan untuk warga Gaza. (Twitter/@WCKitchen)JAKARTA - Korban tewas akibat kelaparan dan malnutrisi di Jalur Gaza terus bertambah, dengan pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan krisis di wilayah kantong Palestina itu merupakan buatan manusia.Sumber medis di Gaza pada Hari Rabu mengumumkan sepuluh warga Palestina, termasuk dua anak-anak, tewas akibat kelaparan dan malnutrisi dalam 24 jam terakhir di Jalur Gaza, dikutip dari WAFA 28 Agustus.Penambahan tersebut menjadikan total korban jiwa akibat kelaparan di Gaza melonjak menjadi 313 orang, dengan 119 di antaranya anak-anak.Krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza terus memburuk akibat blokade dan kekurangan pasokan makanan dan medis. Kelaparan parah ini berkaitan erat dengan perang genosida yang dilancarkan Israel sejak 7 Oktober 2023.Sejak 2 Maret 2025, otoritas pendudukan menutup semua jalur penyeberangan ke Jalur Gaza, menghalangi masuknya sebagian besar bantuan makanan dan medis, yang semakin mempercepat penyebaran kelaparan di wilayah tersebut.Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) telah memperingatkan, malnutrisi di antara anak-anak balita meningkat dua kali lipat antara Maret hingga Juni akibat blokade yang sedang berlangsung.Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi tingkat malnutrisi di Gaza telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan hampir satu dari lima anak balita di Kota Gaza menderita malnutrisi akut.Sementara itu, Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Joyce Msuya dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Hari Rabu menyoroti analisis Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) terbaru, yang mengonfirmasi kelaparan sedang terjadi di wilayah kegubernuran Gaza – kondisi fase 5 – dan diperkirakan akan meluas dalam beberapa minggu mendatang.Ia menyoroti beberapa angka tersebut, dengan mengatakan lebih dari setengah juta orang saat ini menghadapi kelaparan, kemelaratan, dan kematian, yang jumlahnya bisa melebihi 640.000 pada akhir September.Msuya mencatat, sekitar satu juta warga Gaza berada dalam kondisi darurat fase 4, dan lebih dari 390.000 menghadapi kondisi krisis fase 3.Ia menambahkan, setidaknya 132.000 anak balita diperkirakan akan menderita malnutrisi akut antara sekarang dan pertengahan tahun depan. Sementara, jumlah mereka yang berisiko meninggal telah meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari 43.000.Di antara ibu hamil dan menyusui, ia mengatakan jumlahnya diprediksi akan meningkat dari 17.000 menjadi 55.000."Mari kita perjelas: Kelaparan ini bukanlah akibat kekeringan atau bencana alam lainnya," ujarnya."Ini adalah bencana yang diciptakan – akibat konflik yang telah menyebabkan kematian, cedera, kerusakan, dan pengungsian massal warga sipil."Msuya mendesak Dewan untuk memastikan penghentian permusuhan segera dan berkelanjutan guna menyelamatkan nyawa dan menghentikan penyebaran kelaparan.Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan lebih lanjut menekankan perlunya akses kemanusiaan yang aman, cepat, dan tanpa hambatan melalui semua titik masuk. Semua bantuan, termasuk makanan, obat-obatan, air, bahan bakar, dan tempat tinggal, harus disalurkan kepada semua orang yang membutuhkan.Ia juga menyerukan pemulihan arus komersial barang-barang penting dalam skala besar, termasuk sistem pasar, layanan penting, dan produksi pangan lokal."Mengakhiri krisis buatan manusia ini menuntut kita untuk bertindak seolah-olah kita adalah ibu, ayah, anak, dan keluarga kita yang sedang berjuang bertahan hidup di Gaza hari ini," tandasnya.Hingga kemarin, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 62.895 warga Palestina tewas akibat genosida Israel di Gaza sejak Oktober 2023, dikutip dari Anadolu.Sementara, korban luka-luka di wilayah kantong Palestina itu dalam kurun waktu yang sama telah mencapai 158.927 orang.Kementerian juga mencatat, angka tersebut termasuk 2.158 korban tewas dan lebih dari 15.843 lainnya terluka saat mencari bantuan sejak 27 Mei.