Ilustrasi fenomena gen z stare. (Pexels/Samantha Garrote)JAKARTA - Belakangan ini ramai di media sosial khususnya TikTok tentang fenomena Gen Z Stare. Istilah ini merujuk pada tatapan kosong yang diberikan gen Z ketika melakukan interaksi sosial dengan generasi yang lebih tua, seperti milenial dan gen X.Kisah di balik viralnya fenomena Gen Z Stare ketika ada generasi yang lebih tua melakukan percakapan dengan gen yang sedang bekerja.Kemudian, alih-alih mendapat penjelasan ketika berinteraksi mengajukan pertanyaan atau keluhan, generasi yang lebih tua tersebut justru mendapat tatapan kosong dari gen Z. Perilaku gen Z yang demikian sering dinilai tidak sopan oleh generasi di atasnya.Namun, seorang psikologis klinis, Meg Jay, mengatakan bahwa tidak adil jika generasi lebih tua memberikan label kurang sopan dan kurangnya kompetensi sosial pada gen Z hanya karena tatapan kosong mereka. Menurutnya tatapan kosong itu bisa menjadi tahap gen Z beradaptasi dengan pekerjaan barunya.“Bagi sebagian besar karyawan muda, bekerja dengan orang-orang dari usia dan generasi yang berbeda adalah hal baru. Tatapan kosong yang diterima dari pekerja muda mungkin lebih menunjukkan ketidaktahuan mereka tentang apa yang harus dilakukan atau tidak percaya diri dalam bekerja,” jelas Meg Jay, dikutip dari Business Insider, pada Kamis, 28 Agustus 2025.Terjadinya fenomena Gen Z Stare juga disebut karena perbedaan pola komunikasi. Milenial dan generasi sebelumnya lebih banyak melakukan komunikasi langsung, sedangkan gen Z banyak yang mendapatkan kesempatan berkomunikasi secara online.Banyak ahli yang berpendapat bahwa gen Z tidak yakin bagaimana cara berbasa-basi atau berinteraksi dengan orang yang tidak mereka kenal. Hal ini sebagian besar merupakan akibat dari pandemi COVID-19 dan komunikasi layar yang sering dilakukan gen Z, sehingga saat berhadapan langsung tatapan kosong atau Gen Z Stare bisa terjadi.“Generasi Z memasuki dunia kerja di era yang diwarnai layar, jarak sosial, dan komunikasi jarak jauh, dan perusahaan kini harus menutup kesenjangan pengalaman dengan orientasi dan dukungan yang berfokus pada empati, bukan penilaian,” tambah presiden Cortico-X, Sujay Saha.