Naoto Kan yang pernah menjabat sebagai PM Jepang era 2010-2011. (Wikimedia Commons)JAKARTA – Sejarah hari ini, 14 tahun yang lalu, 26 Agustus 2011, Naoto Kan mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri (PM) Jepang. Pengunduran diri itu dilakukan supaya warga Jepang dapat memilih PM yang baru. Calon PM yang dapat membawa perubahan sehabis gempa dan tsunami.Sebelumnya, Jepang telah berinvestasi besar-besaran dalam pencegahan gempa. Investasi itu nyatanya tak dapat berbuat banyak kala Tsunami menerpa Jepang pada 2011. Naoto Kan jadi bulan-bulanan kemarahan rakyat Jepang.Jepang jadi salah satu negara yang punya perkembangan pesat di Asia. Kondisi itu karena Jepang mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Apalagi, urusan pecegahan gempa. Jepang memahami benar bahwa negaranya kerap terancam gempa berkekuatan tinggi.Kondisi itu membuat pemerintah Jepang segera berbenah. Mereka mencoba menggalakkan mitigasi bencana. Suatu tindakan yang bertejuan mengurangi risiko dan dampak bencana. Mereka juga menggalakkan adaptasi bencana.Suatu proses penyesuaian diri supaya masyarakat Jepang bisa bertahan dan mandiri hadapi bencana. Tindakan itu membuat Jepang keluar dana besar-besaran. Hasilnya masyarakat Jepang banyak terhindar dari bencana gempa bumi.Tsunami yang melanda kota Miyako di Perfektur Iwate saat gempa dahsyat melanda Jepang pada 11 Maret 2011. (Wikimedia Commons)Masyarakat Jepang memang dapat menghindar dari gempa bumi biasa. Namun, tidak dengan gempa bumi yang disertai dengan tsunami. Ambil contoh pada 11 Maret 2011. Gempa berkekuatan 9.0 SR mengundang datangnya tsunami.Serangkaian tsunami itu menghancurkan wilayah pesisir Jepang, terutama di wilayah Tohoku (timur laut Honshu). Kombinasi itu memunculkan 15 ribu lebih korban jiwa, ada juga memprediksi korban sebenarnya mencapai 20 ribu korban jiwa.Seisi Jepang, kemudian dunia berduka. Ucapan bela sungkawa muncul dari mana-mana. Rakyat Jepang pun bahu-membahu membantu mereka yang terkena dampak.“Jepang telah berinvestasi besar-besaran dalam perlindungan pantai dan bangunan yang tahan terhadap gempa. Namun, semua tak cukup. Banyak pelabuhan dihantam tsunami dan bandara di Sendai terendam banjir.”“Pembangkit listrik tenaga nuklir ditutup di seluruh negeri dan keadaan darurat diumumkan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Di mana sistem pendinginnya rusak,” ungkap Ian Sample dalam tulisannya di The Guardian berjudul Japan Earthquake and Tsunami: What Happened and Why (2011).Bencana besar gempa dan tsunami membuat rakyat Jepang menuntut pemerintah segera bertindak. Nama PM Jepang, Naoto Kan terus diminta bertanggung jawab. Rakyat meminta PM Jepang itu hadir dan memperbaiki situasi. Apalagi, rakyat Jepang yang terdampak sedang susah-susahnya.Rakyat Jepang juga melihat penanganan lambat Kan terhadap langkah perbaikan fasilitas nuklir. Belakangan Kan sudah tak tahan dengan tekanan yang ada. Kan akhirnya memilih mengundurkan diri pada 26 Agustus 2011. Sekalipun ia baru benar-benar lepas dari jabatannya pada 2 September 2011.Pengunduran diri itu dilakukan supaya rakyat Jepang bisa segera memilih pemimpin lain yang lebih baik. Pemimpin setelah Kan mau tak mau mewarisi masalah perbaikan fasilitas nuklir hingga melonjaknya biaya kesehatan dan sosial."Dalam situasi sulit ini, saya merasa telah melakukan semua yang harus saya lakukan. Sekarang saya ingin Anda memilih seseorang yang terhormat sebagai perdana menteri baru," ujar Kan sebagai dikutip laman The Guardian, 26 Agustus 2011.