Direktur Pengembangan Usaha PT Timah, Suhendra Yusuf Ratuprawiranegara (Maria-VOI)PANGKAL PINANG - Industri pengolahan timah milik PT Timah Tbk (TINS) yang memiliki teknologi top submerge lance (TSL) Ausmelt Furnace mengakui jika meternya belum beroperasi secara optimal. Padahal, smelter yang sudah beroperasi sejak tahun 2022 ini merupakan satu-satunya smelter dengan teknologi ausmelt di Asia Tenggara (ASEAN).Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Suhendra Yusuf Ratuprawiranegara mengatakan, sejatinya smelter yang berlokasi di Kabupaten Bangka Barat ini memiliki kapasitas yang cukup besar yakni sebesar 40.000 ton per tahun namun masih terkendala pasokan konsentrat timah."Smelter ausmelt kita itu dari sisi kapasitas produksinya masih cukup besar, tapi dari sisi supply pasokan kita ke situ masih kurang, itu saja. Padahal kapasitasnya besar sekali," ujarnya dalam jumpa media di Pangkal Pinang, dikutip Minggu, 24 Agustus.Ia menambahkahan, ausmelt ini sejatinya mampu memproduksi 40.000 ton per tahun namun kapasitas terpasang masih sebesar 20.000 ton ingot per tahun.Untuk itu Suhendra menyebut PT Timah ingin mengoptimalkan kapasitas produksi smelter ini dengan kinerja mitra penambang agar kapasitas produksi konsentrat timah dapat terpenuhi.Harus dioptimalkan pasokannya. Itu yang kita harapkan dari segala macam perjanjian mitra ‘Lo harus setor sekian-sekian untuk smelternya’," tandas dia. Seperti diketahui, PT Timah Tbk turut mewujudkan program hilirisasi melalui penggunaan teknologi terbaru dalam pengolahan komoditas timah. Teknologi bernama peleburan Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace merupakan babak baru transformasi teknologi dalam pengolahan timah.TSL Ausmelt Furnace adalah strategi Timah untuk menjawab tantangan yang dihadapi industri pertambangan timah saat ini terkhusus memaksimalkan konsentrat timah kadar rendah.