TPS3R Desa Adat Seminyak. Foto: Denita BR Matondang/kumparanKerja keras I Komang Ruditha Hartawan (58 tahun) menjadikan kawasan Pantai Seminyak di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali bebas sampah dan masyarakat sejahtera, terbayar.Lewat tangan gigih Ruditha, Desa Adat Seminyak mampu meraup cuan sekitar Rp 3 miliar dalam setahun dari pengolahan sampah-sampah yang diangkut dari hotel, vila dan restoran di Kawasan Seminyak. Nah, sampah pariwisata ini dikelola di TPS3R Desa Adat Seminyak.Selain itu, Desa Adat Seminyak mampu mempekerjakan sebanyak 52 warga untuk mengoperasikan TPS3R dan sejumlah ibu-ibu rumah tangga sebagai pekerja freelance untuk mengupas botol plastik."Tujuan utama saya sebenarnya bukan mengejar profit tapi kebersihan lingkungan," kata Ruditha selaku Ketua TPST-3R Desa Adat Seminyak, Rabu (20/8).TPS3R Seminyak terletak di Jalan Beji Ayu dengan luas 1.270 meter persegi. TPS3R ini mampu mengolah sampah 179 meter kubik setiap hari. TPS3R melayani 1.865 pelanggan, sekitar 700 pelanggan di antaranya adalah akomodasi wisata."Kalau sampah rumah tangga biasanya kami angkut 2 hari 1 kali tapi sampah hotel dan restoran 2 kali dalam 1 hari, pagi basah sampah kitchen biar gak bau dan sore sampah kering. Kami pilah di sini," katanya. Ketua TPST-3R Desa Adat Seminyak, I Komang Ruditha Hartawan. Foto: Denita BR Matondang/kumparanKomposisi sampah 60 persen organik dan 40 persen anorganik. Sampah organik biasanya diolah menjadi kompos. Sedangkan, sampah anorganik seperti botol dan plastik dipilah untuk dijual ke pengepul.Sampah residu seperti pampres dan tisu dibuang ke TPA Suwung. TPS3R Seminyak mampu menjual sekitar 10 ton botol plastik dalam setiap bulan. Harga botol mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 4.500 per bulan.Pembangunan tempat pengolahan sampah ini bermula dari keresahan Ruditha melihat kondisi kawasan Pantai Seminyak pada tahun 2003 lalu. Ruditha saat itu bekerja sebagai salah satu manajer hotel di Bali.Dia miris menyaksikan Pantai Seminyak kerap dijadikan tempat pembuangan sampah liar. Kawasan Pantai Seminyak terlihat kumuh karena banyaknya bangunan liar dan warung tak tertata rapi, hal itu diperparah dengan akses menuju pantai yang sempit. TPS3R Desa Adat Seminyak. Foto: Denita BR Matondang/kumparan"Para pedagang dulu sering berkelahi rebut-rebutan turis asing. Ini kan tidak baik bagi citra pariwisata internasional," katanya.Ruditha, yang juga aktif dalam organisasi Desa Adat Seminyak, mengajak warga menata Kawasan Pantai Seminyak agar bebas sampah dan tertata rapi. Mereka mulai mengumpulkan sampah-sampah, menanam berbagai jenis tumbuhan serta menertibkan bangunan liar.Pada tahun 2023, Desa Adat mendapatkan bantuan dari pemerintah dan pihak swasta membangun TPS3R mengelola sampah-sampah pariwisata. Saat ini, ada 169 pedagang di sekitar Pantai Seminyak yang diwajibkan menjaga kebersihan.Ruditha memutuskan keluar dari pekerjaannya pada tahun-tahun berikutnya dan fokus mengembangkan TPS3R agar mampu mengelola sampah di daerah wisata menjadi lebih baik."Pekerjaan begini harus tulus agar lingkungan tetap terjaga. Jujur sulit sekali untuk mendapatkan pekerja yang mau bekerja di TPS3R. Kalau 1 hotel dan restoran buka lowongan ribuan pelamarnya, beda kalau di TPS3R, buka hari ini sampai bulan depan belum tentu ada pelamarnya," katanya