Kopi hingga Kakao Bakal Jadi Komoditas Unggulan di Daerah Tujuan Transmigrasi

Wait 5 sec.

Pekerja menjemur kopi di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah, Minggu (10/8/2025). Foto: Aditia Noviansyah/kumparanPemerintah mengungkapkan beberapa komoditas yang akan menjadi primadona di daerah-daerah tujuan transmigrasi. Program transmigrasi kembali dihidupkan pada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.Sebelum direalisasikan, akan dikirimkan terlebih dahulu 2.000 mahasiswa lulusan S1, S2, S3, dan D4 untuk melakukan penelitian terkait lokasi transmigrasi. Mereka tergabung dalam Tim Ekspedisi Patriot yang akan dikirim ke 154 lokasi tujuan transmigrasi di seluruh Indonesia.Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza, mengatakan beberapa komoditas seperti kakao, kopi, sawit, karet, gula, jagung, sagu dan minyak atsiri berpotensi untuk dihilirisasi.Untuk kakao, Faisol menuturkan saat ini komoditasnya tersebar di Aceh, Sulawesi, dan Papua Barat. Saat ini, produksi dalam negeri kakao juga masih di bawah kebutuhan nasional. Padahal kakao memiliki banyak potensi hilirisasi."Bahkan biji kakao yang kita produksi hari ini dibutuhkan untuk ekspor dan pengolahan industri kakao di dalam negeri. Biji kakao dapat diolah menjadi pasta, bubuk, hingga produk kosmetik dan farmasi," kata Faisol dalam pelepasan Tim Ekspedisi Patriot di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (25/8).Selain kakao, komoditas unggulan lainnya adalah kopi yang tersebar di Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, serta NTB. Menurut dia, komoditas kopi sangat dibutuhkan oleh pasar global.“Kopi di Indonesia merupakan salah satu favorit dari produk kopi yang dibutuhkan pasar global. Kebutuhannya masih sangat tinggi termasuk untuk kebutuhan nasional. Diolah menjadi kopi bubuk, kopi instan, produk makanan, bahkan body care,” ujarnya.Selanjutnya ada kelapa sawit dan karet. Faisol menilai komoditas tersebut memiliki banyak potensi hilirisasi yang bisa dimanfaatkan transmigran. Saat ini, kedua komoditas tersebut tersebar di Kalimantan dan Sumatra.“Hilirisasi dari sawit bisa menghasilkan biofuel, oleochemical, biomaterial, sementara karet untuk produksi bahan, sarung medis, hingga untuk keperluan komponen pendukung infrastruktur,” kata Faisol.Komoditas lain yang bisa diandalkan transmigran menurut Faisol adalah gula dan jagung. Hal ini karena menurutnya produksi gula dalam negeri masih sangat kecil yakni 2,2 hingga 2,6 juta ton sedangkan Kebutuhan nasionalnya mencapai 6,14 juta ton.Sementara untuk jagung, Ia melihat jagung merupakan produk yang sebenarnya sangat mudah untuk dikelola.“Dan saya kira hampir semua transmigran akan memiliki kemampuan untuk mengolah jagung dan jagung diarahkan oleh pemerintah untuk juga menjadi pakan ruminansia dan unggas untuk mendukung kolaborasi lintas sektor,” ujarnya.Untuk hal ini, daerah potensial gula tersebar di Aceh, Lampung, Sulawesi, NTB, NTT dan Papua Barat. Sementara itu jagung tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, NTT dan NTB.Kakao di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis (2/5/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparanKomoditas terakhir yang menurut Faisol potensial untuk dimanfaatkan transmigran adalah sagu dan minyak atsiri. Untuk sagu saat ini tersebar di Sumatera Utara, Riau, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Sementara minyak atsiri tersebar di Aceh, Sumatra Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua Selatan.Faisol menuturkan, saat ini minyak atsiri punya potensi hilirisasi yang dapat dikembangkan karena menjadi bahan parfum yang digemari pasar global.“Parfum-parfum yang baru biasanya beraroma patchouli. Patchouli itu salah satu minyak atsiri hasil asli dari Sulawesi yang bisa dikembangkan oleh industri parfum dunia, sekarang ini menjadi salah satu favorit aroma,” kata Faisol.Adapun tim ekspedisi akan disebar ke berbagai lokasi, dari Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Bengkulu, Jambi, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, NTB, NTT, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Selatan dan Papua.Beberapa perguruan tinggi yang menjadi mitra adalah ITB, IPB, ITS, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, dan Universitas Diponegoro.Nantinya, tim tersebut akan melakukan riset dan aksi di kawasan ekonomi transmigrasi terintegrasi. Tujuan utamanya adalah menghasilkan produk riset terapan untuk pengembangan kawasan, menghubungkan dunia akademik dengan kebijakan pembangunan, dan membangun model ekosistem transmigrasi yang inklusif dan berkelanjutan.