Salah satu aparat megamankan seorang massa aksi saat demo di belakang DPR hingga kawasan stasiun Palmerah, Jakarta, Senin (25/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanDemonstrasi yang dilakukan di Gedung DPR RI pada Senin (25/7) lalu tak hanya diikuti oleh mahasiswa. Sejumlah elemen masyarakat turut terlibat, termasuk pelajar SMA atau SMK, bahkan SMP. Sayangnya, demonstrasi berakhir ricuh.Keterlibatan siswa dalam demonstrasi itu mendapat sorotan. Sebab, ada siswa yang mengaku hanya ikut-ikutan saja, terpincut ajakan berdemonstrasi dari media sosial. Siswa tersebut pun tak tahu tujuan demonstrasi tersebut.Seperti pengakuan dari para siswa yang diamankan polisi kepada Komisioner KPAI Maria Sylvana saat menemui mereka di Polda Metro Jaya. Dari hasil pendalaman, sebagian besar siswa yang diamankan mengaku tidak tahu alasan mereka ikut demonstrasi di DPR."KPAI sebenarnya menyesalkan lagi-lagi ada peristiwa seperti ini. Di mana aksi unjuk rasa yang sebenarnya diperkirakan berpotensi untuk anak-anak kelompok rentan. Tapi anak-anak terlibat dan kami cukup surprise jumlahnya cukup besar,” kata Maria saat jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (26/8).Dari percakapannya dengan para siswa di dalam ruangan penyidik, sebagian besar pelajar mengaku tidak tahu apa alasan mereka ikut berdemo.“Intinya dari percakapan yang singkat ini anak-anak tidak tahu apa yang mereka harus lakukan. Kita semua tahu, hal seperti ini dampaknya cukup serius dengan anak-anak,” ujarnya.Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi di Polda Metro Jaya, Selasa (26/8/2025). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparanMaria juga menjelaskan bahwa sebagian besar dari mereka mendapat ajakan melalui teman maupun informasi di media sosial.“Memang pengakuan mereka beragam, ada yang diajak teman, dalam perjalanan mau ke pasar tapi kemudian ikut diamankan. Tetapi ada yang mengatakan memang mau ikut demo di DPR,” ujarnya.Menurutnya, keterlibatan anak-anak dalam aksi massa bisa berdampak serius pada tumbuh kembang mereka.“Minimal mereka kehilangan waktu-waktu berharga untuk bertumbuh kembang sesuai dengan minat bakat keinginan mereka,” kata Maria.TikTok Jadi Sumber Informasi DemoMenurut Sylvana Maria Apituley, media sosial TikTok jadi sarana paling cepat para pelajar mendapat informasi terkait Demo di DPR. Usai menontonnya, timbul rasa penasaran dari para pelajar untuk datang bahkan turut berdemonstrasi."Ada berita-berita atau informasi yang mendorong mereka untuk ikut asalnya dari media sosial, mereka menyebutkan TikTok sebagai sumber informasi cepat yang mereka tangkap lalu rasa ingin tahu mendorong mereka ikut," kata dia.Saat demo di sekitar DPR kemarin, para pelajar ini datang dari berbagai wilayah di sekitaran Jakarta seperti Depok, Tangerang, Bekasi, hingga Sukabumi. Mereka datang ke Jakarta dengan menggunakan uang jajan mereka.KPAI mengharapkan polisi bersama pihak terkait dapat bekerja sama untuk mengusut tuntas kasus itu agar tak ada lagi pelajar yang ikut melakukan tindakan anarkis saat berdemonstrasi.Cerita Anak SMP yang DiamankanRemaja yang ikut demo saat dikembalikan ke orangtuanya dan keluar dari Gedung Ditreskrimum, Jakarta, Selasa (26/8/2025). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparanSalah seorang remaja yang merupakan pelajar kelas 3 SMP di Jakarta Selatan berinisial AP (15) mengaku tak berniat datang ke lokasi demo. Menurut pengakuannya, ia hanya ikut bersama 14 temannya naik mobil bak terbuka untuk bermain.Namun, mobil yang mereka tumpangi malah mengarah ke sekitaran Monas."Gak demo, kita mah main, bak-bakan doang. Jalan-jalan doang. Gak ada yang demo," kata dia kepada wartawan saat proses pemulangan di Polda Metro Jaya, Selasa (26/8).AP mengaku tak membawa senjata dan tak berbuat kericuhan. Saat ditangkap, dia mengaku sempat kena pukul tongkat polisi di bagian tangannya hingga memar."Kena (pukul)" ujar dia sambil menunjukkan tangan kanannya yang lebam.Setelah ditangkap, AP dibawa ke Polda Metro Jaya. Di sana, dia berkumpul bersama remaja lainnya yang ditangkap di sebuah ruangan. Mereka lalu diminta mengisi biodata dan menjalani tes urine."Ngisi biodata doang," kata dia."Bisa tidur semalam?" tanya wartawan."Bisa," jawabnya."Di sel?""Kagak di sel. Di aula," jawabnya lagi.Remaja lainnya berinisial F (16) mengaku mendapat informasi adanya demo dari media sosial. Dia kemudian memutuskan ikut turun ke jalan bersama temannya dan berkumpul terlebih dahulu di wilayah Kampung Melayu."Dari Jakarta Selatan, kumpul di Kampung Melayu," ujar dia.Berbeda dengan AP, F mengaku tak menerima pukulan dari polisi. Meski begitu, mengaku kapok dan tak akan mengulangi lagi perbuatannya di kemudian hari.Ada Pelajar yang Berangkat dari BogorKericuhan antara demonstran dan aparat keamanan di Pejompongan, sekitar Gedung BNI, Jakarta, Senin (25/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanDi antara para siswa yang berdemonstrasi, ada dua siswa SMA yang ditemui kumparan. Mereka adalah Abdul (18) dan Reza (16). Abdul mengaku berasal dari SMA Parung, Bogor. Sementara Reza dari SMA Nanjo, Bogor.Abdul mengaku hari ini ia bolos sekolah untuk datang berdemo ke gedung DPR.“Kagak (sekolah), cabut,” ucap Abdul saat ditemui di lokasi aksi Senin (25/8).Ia menjelaskan, hari ini ia datang karena tak mau tinggal diam dengan berbagai kebijakan yang dibuat oleh DPR.“Ya, kalo didiemin aja ntar keenakan,” ucap Abdul.Lebih lanjut, Abdul menyebut dirinya datang ke DPR karena ajakan teman-temannya. Terlebih, undangan aksi hari ini tersebar luas di media sosial.“Ya liat di sosial media aja sih,” ucap Abdul.Orang tua Abdul tak tahu bahwa anaknya kini tengah ikut demonstrasi. “(Orang tua) kagak tahu,” jelas Abdul.Reza sama dengan Abdul. Ia hari ini bolos sekolah.“Kagak (sekolah), bolos,” ucap Reza.Katanya, ia datang ke sini karena undangan persatuan pelajar di Bogor. Mereka ramai-ramai ke sini naik transportasi umum.“Naik kereta. KRL,” ucap Reza.Berbeda dengan Abdul, Reza mengeklaim orang tuanya tahu ia hari ini datang ke DPR untuk demo. Ia datang membawa sebuah aspirasi.“Aspirasi tentang kenaikan pajak mulu,” ucap Reza.Baik Abdul maupun Reza mengaku tak ada yang membayar mereka untuk datang ke DPR. Mereka menyebut datang ke sini dengan inisiatif sendiri.Wamenkomdigi Soal Konten Medsos Provokasi Demo RicuhWamenkomdigi Angga Raka Prabowo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (5/8/2025). Foto: Zamachsyari/kumparanWakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Angga Raka Prabowo merespons soal demo di DPR yang ricuh karena terprovokasi oleh masa aksi yang melakukan siaran langsung dari media sosial TikTok.Angga menilai, seharusnya platform sudah memiliki sistem yang baik untuk dapat mendeteksi konten-konten yang memicu terjadi kericuhan."Harusnya dengan sistem mereka, mereka juga sudah bisa lihat, oh ini by AI, oh ini gak bener, oh ini palsu. Harusnya sudah bisa langsung by sistem mereka udah langsung di-take down," kata Angga di Kantor PCO, Jakarta Pusat, Selasa (26/8).Angga menegaskan bahwa maksud dari takedown itu bukan berarti menghalangi kebebasan berekspresi. Namun, agar tidak terjadi lagi kericuhan-kericuhan yang diprovokasi melalui media sosial."Di-take down dalam hal ini tolong di digarisbawahi ya. Bukan kita mau membungkam atau menghalangi kebebasan berekspresi. Tapi kan tadi dari teman-teman sendiri yang bilang, teman-teman terprovokasi dari konten-konten yang sebenarnya tidak real di lapangan. Ini yang kita dorong gitu loh," ucapnya.Sejumlah massa aksi terkena water canon oleh aparat saat demo di belakang DPR hingga kawasan stasiun Palmerah, Jakarta, Senin (25/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanAngga menegaskan fenomena konten digital yang menyesatkan, khususnya Disinformasi, Fitnah dan Kebencian (DFK), dapat merusak sendi demokrasi. Ia menilai aspirasi masyarakat bisa menjadi bias ketika sebuah gerakan di-engineering oleh hal-hal yang tidak benar."Tadi, kan tadi saya bilang bahwa fenomena DFK ini akhirnya merusak sendi-sendi demokrasi. Misalnya teman-teman yang tadinya mau menyampaikan aspirasi, mau menyampaikan unek-uneknya, akhirnya menjadi bias ketika sebuah gerakan itu di-engineering oleh hal-hal yang, mohon maaf ya, yang DFK tadi. Nah ini yang kita dorong kepada platform," ucap dia.Komdigi Akan Panggil TikTok dan MetaSalah satu massa aksi menghadang aparat saat demo di belakang DPR hingga kawasan stasiun Palmerah, Jakarta, Senin (25/8/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanAngga Raka mengungkap pihaknya berencana memanggil pengelola TikTok hingga Meta terkait provokasi di medsos yang bikin demo di DPR ricuh."Saya sudah hubungi Head TikTok Asia Pasifik, Helena. Saya minta mereka ke Jakarta, kita akan bercerita tentang fenomena ini. Dan kita juga sudah komunikasi dengan TikTok Indonesia. Dengan Meta Indonesia juga kami sudah komunikasi," kata Angga.Angga menilai fenomena siaran langsung dan konten palsu di media sosial berpotensi besar merusak sendi demokrasi. Menurutnya, aspirasi masyarakat yang semestinya murni justru menjadi bias ketika digiring oleh konten-konten rekayasa.Polisi Imbau Pelajar Bijak Pilah Informasi dari MedsosPolda Metro Jaya menyoroti keterlibatan sejumlah pelajar dalam aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam mengatakan beberapa pelajar mengaku datang ke lokasi hanya untuk menonton jalannya demo.“Ini pelajar ya, pelajar yang karena mendapat informasi dari media sosial, setelah ditanya apa maksud dan tujuan adik-adik pelajar yang datang? Ingin menonton, menonton aksi unjuk rasa,” ujar Ade, Senin (25/8).Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam saat diwawancarai di Gerbang Pancasila, DPR, Senin (25/8/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparanAde Ary menegaskan seharusnya pelajar tetap berada di sekolah, bukan berada di lokasi unjuk rasa. Ia meminta orang tua lebih memperhatikan anak-anaknya agar tidak mudah terpengaruh.“Pelajar itu tugasnya belajar, dan ini jam sekolah. Jadi mohon sama-sama kita cegah, jangan sampai melakukan hal-hal yang tidak perlu dan tidak bermanfaat,” kata Ade Ary.Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak gegabah menelan informasi yang berseliweran di media sosial. Menurutnya, ajakan-ajakan terkait aksi demo harus disikapi dengan hati-hati.“Ajakan-ajakan yang dari medsos mohon juga kita sikapi dengan bijak, kita pilah, kita komunikasikan, jangan mudah terprovokasi, kita harus cerdas dan bijak bermedsos,” jelasnya.Ratusan Pelajar DiamankanDalam demonstrasi 25 Agustus lalu, total 351 orang yang terdiri dari 155 orang dewasa dan 196 anak-anak atau remaja ditangkap polisi karena mengganggu situasi Kamtibmas dengan merusak fasilitas umum hingga melawan petugas.Sebanyak 196 Remaja yang ditangkap seluruhnya sudah dipulangkan. Sedangkan yang orang dewasa masih diperiksa dalam 1x24 jam. 7 Di antaranya positif menggunakan narkoba.