Garap Logam Tanah Jarang, PT Timah akan Kolaborasi dengan Badan Industri Mineral

Wait 5 sec.

Ilustrasi logam tanah jarang atau rare earth element. Foto: Phawat/ShutterstockPT Timah (Persero) Tbk (TINS) menyambut baik pembentukan Badan Industri Mineral (BIM) yang akan mengelola potensi Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth element di Indonesia.Presiden Prabowo membentuk Badan Industri Mineral sekaligus melantik Menteri Riset dan Teknologi Brian Yuliarto sebagai pimpinan badan itu di Istana Presiden Jakarta, Senin (25/8). Badan baru ini ditugaskan untuk mengelola material strategis yang penting bagi industri pertahanan.Direktur Pengembangan Usaha PT Timah, Suhendra Yusuf Ratuprawiranegara, berharap BIM dapat mempercepat proses kajian industri LTJ di Tanah Air."Kami menyambut baik terbentuk nya Badan Industri Mineral ini. Justru dengan adanya BIM ini akan mempercepat proses riset dan industrialisasi dari LTJ ini pada akhirnya," kata Suhendra kepada kumparan, Jumat (5/9).Meski begitu, Suhendra menyebut belum ada pembahasan lebih lanjut terkait keterlibatan PT Timah dalam BIM. Dia meyakini kedua entitas akan berkolaborasi ke depannya.Pasalnya, PT Timah merupakan perusahaan pelat merah yang selama ini menggarap dan mengkaji logam tanah jarang. Perusahaan saat ini tengah mengembangkan Pilot Plant LTJ di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung."Mengenai skema kerja sama, dan pelibatan PT Timah dalam BIM ini, kami juga belum mengetahui lebih jauh. Kami yakin akan saling kolaborasi dan sinergi," jelas Suhendra.LTJ terkandung dalam salah satu mineral ikutan timah, yakni monasit, yang terdiri dari 15 unsur dengan unsur dominan Cerium, Lantanum, Neodymium dan Praseodimium. LTJ juga mengandung Thorium yang dapat diolah menjadi sumber energi nuklir.PT Timah tercatat telah menemukan potensi cadangan monasit sekitar 25.700 ton di wilayah Bangka Belitung. Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, dari total 28 lokasi mineralisasi logam tanah jarang yang telah teridentifikasi, baru sekitar sembilan lokasi atau 30 persen yang menjalani eksplorasi tahap awal. Sementara itu, sekitar 19 lokasi lainnya atau 70 persen belum tersentuh maupun belum dieksplorasi secara optimal.Logam Tanah Jarang Dikelola BUMNMenteri ESDM Bahlil Lahadalia meninjau pembangunan fasilitas Floating Liquefied Natural Gas (FLNG) atau LNG Terapung di galangan kapal Wison New Energies, Kota Nantong, Rabu (13/8/2025). Foto: Dok. Kementerian ESDMMenteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan perusahaan pelat merah di bawah Badan Industri Mineral akan mengelola LTJ.“Badan Industri Mineral itu dibentuk, nanti di bawah itu ada perusahaan milik negara yang akan diberikan tugas untuk mengelola mineral-mineral strategis seperti logam tanah jarang,” kata Bahlil di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/8).Bahlil juga menegaskan ke depan pengelolaan logam tanah jarang tidak akan diserahkan kepada pihak umum, melainkan dikelola langsung oleh negara. Aturan mengenai pengelolaan logam tanah jarang ini masih digodok.Bahlil menilai logam tanah jarang memiliki harga yang tinggi di pasar global sehingga pengelolaannya harus diatur secara ketat. Untuk itu, ia menyebut Badan Industri Mineral yang baru dibentuk akan difokuskan pada riset dan pengembangan industri guna menciptakan nilai tambah.