RSF Sudan Setujui Usulan Gencatan Senjata dari AS-Arab

Wait 5 sec.

© UNICEF/ Seorang perempuan menyiapkan makanan untuk keluarganya di El Fasher, Darfur Utara, tempat orang-orang terjebak akibat pertempuran.JAKARTA - Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Sudan menyetujui usulan gencatan senjata kemanusiaan dari Amerika Serikat dan negara-negara Arab. RSF terbuka untuk perundingan mengenai penghentian permusuhan.Baik RSF maupun tentara Sudan menyetujui berbagai usulan gencatan senjata selama perang mereka yang telah berlangsung selama dua setengah tahun, meskipun belum ada yang berhasil. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menyatakan mereka sedang berupaya untuk mengakhiri pertempuran di Sudan.Pengumuman tersebut--yang tidak segera ditanggapi oleh tentara Sudan--muncul kurang dari dua minggu setelah RSF mengambil alih kota al-Fashir (El Fasher) yang dilanda kelaparan, mengonsolidasikan kendalinya atas wilayah Darfur yang luas di bagian barat."Pasukan Dukungan Cepat juga berharap untuk segera melaksanakan perjanjian tersebut dan memulai diskusi mengenai pengaturan penghentian permusuhan dan prinsip-prinsip dasar yang memandu proses politik di Sudan," demikian pernyataan RSF dilansir Reuters, Kamis, 6 November.Awal pekan ini, Dewan Keamanan dan Pertahanan yang dipimpin tentara bertemu tetapi tidak memberikan jawaban pasti atas proposal tersebut, meskipun para pemimpin dan sekutu berpengaruh di dalam tentara telah menyatakan ketidaksetujuan mereka.Amerika Serikat, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan selama tiga bulan di Sudan pada bulan September, membuka jalan baru bagi gencatan senjata kemanusiaan selama tiga bulan yang akan diikuti oleh gencatan senjata permanen.   Para saksi mata mengatakan RSF membunuh dan menculik warga sipil selama dan setelah penangkapannya di al-Fashir, termasuk dalam eksekusi singkat, yang menimbulkan kekhawatiran internasional.Pemimpinnya meminta para pejuang untuk melindungi warga sipil dan mengatakan pelanggaran akan dituntut.Perang antara tentara Sudan dan RSF meletus pada April 2023 ketika kedua pasukan, yang saat itu merupakan mitra berkuasa, berselisih mengenai rencana untuk mengintegrasikan pasukan mereka.Konflik tersebut telah menghancurkan Sudan, menewaskan puluhan ribu orang, menyebabkan kelaparan menyebar ke seluruh negeri, dan membuat jutaan orang mengungsi.