Ilustrasi Comet dari Perplexity AI (foto; x @AtomSilverman)JAKARTA - Amazon menggugat perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI) Perplexity AI pada Selasa 4 November atas fitur belanja otomatisnya yang disebut “agentic shopping tool”. Dalam gugatan yang diajukan ke Pengadilan Distrik AS untuk wilayah utara California, Amazon menuduh Perplexity secara diam-diam mengakses akun pelanggan Amazon dan menyamarkan aktivitas otomatis sebagai penelusuran manusia melalui peramban Comet dan agen AI terkait.Kasus ini menyoroti perdebatan baru seputar regulasi penggunaan agen AI yang semakin otonom dalam berinteraksi dengan situs web, termasuk dalam menjalankan tugas-tugas daring seperti berbelanja, membandingkan produk, atau melakukan transaksi otomatis.Dalam gugatannya, Amazon menyatakan bahwa sistem milik Perplexity menimbulkan risiko keamanan terhadap data pelanggan dan tetap beroperasi meski telah menerima peringatan berulang kali.“Alih-alih bersikap transparan, Perplexity dengan sengaja mengonfigurasi perangkat lunak CometAI agar aktivitas agennya tidak teridentifikasi di toko Amazon,” tulis Amazon dalam pengaduannya. “Pelanggaran Perplexity harus dihentikan. Bahwa pelanggarannya dilakukan lewat kode, bukan kunci pas, tidak membuatnya menjadi sah.”Amazon menilai bahwa tindakan Perplexity telah merusak pengalaman berbelanja pengguna serta mengganggu upaya perusahaan menjaga pengalaman belanja yang telah dikembangkan selama puluhan tahun.Perplexity Tuding Amazon Tekan InovasiMenanggapi tuduhan tersebut, Perplexity sebelumnya menyebut langkah Amazon sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan pasar untuk membungkam pesaing.“Ini adalah bentuk intimidasi ketika korporasi besar menggunakan ancaman hukum untuk memblokir inovasi dan memperburuk kehidupan pengguna,” tulis Perplexity dalam sebuah unggahan blog.Startup tersebut menegaskan bahwa kredensial pengguna disimpan secara lokal di perangkat masing-masing, bukan di server perusahaan, sehingga aman dan tetap menjadi milik pengguna.“Belanja yang lebih mudah berarti lebih banyak transaksi dan pelanggan yang lebih puas,” kata Perplexity. “Namun Amazon tidak peduli akan hal itu — mereka lebih tertarik menampilkan iklan kepada Anda.”Perplexity juga menyebut bahwa pengguna berhak memilih asisten AI yang mereka inginkan, menuding langkah Amazon sebagai upaya melindungi model bisnis berbasis iklan yang dimilikinya.Perplexity termasuk di antara sejumlah startup AI yang berupaya mendefinisikan ulang konsep peramban web dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan secara mendalam, menjadikannya mampu melakukan tugas harian seperti menulis email hingga menyelesaikan transaksi pembelian.Amazon sendiri tengah mengembangkan fitur serupa, seperti “Buy For Me” yang memungkinkan pengguna berbelanja lintas merek langsung dari aplikasi, serta “Rufus”, asisten AI yang memberikan rekomendasi produk dan membantu mengelola keranjang belanja.Perselisihan ini memperlihatkan meningkatnya ketegangan antara raksasa teknologi dan perusahaan rintisan AI terkait kendali atas ekosistem belanja digital yang semakin digerakkan oleh otomatisasi dan kecerdasan buatan.